Kemampuan mengontol emosi saat trading bisa menjadi pembeda paling kentara antara trader sukses dan trader gagal. Keadaan mental punya pengaruh signifikan pada keputusan yang akan diambil nanti. Terlebih untuk pemula, menguasai kondisi mental adalah apa yang diperlukan pertama kali.

Tetap tenang merupakan aspek penting trading yang bisa membawa kesuksesan. Wajib bagi tiap trader untuk memahami aspek psikologi trading, bahkan untuk mereka yang sudah pengalaman sekalipun. Memang terasa agak klise untuk menyebut trading tanpa emosi, tapi ini masih bisa dipelajari.

Pentingnya Mengontrol Emosi

Pentingnya mengelola emosi pada saat membuka trading tak perlu diragukan lagi. Bayangkan jika membuka trading sebelum berita NFP keluar dengan ekspektasi bahwa angka yang dilaporkan akan lebih besar daripada yang diprediksi, trader bisa mendapati harga EUR/USD naik secara cepat sehingga memungkinkan trader mendapat profit besar dalam jangka pendek.

NFP kemudian dirilis dan hasilnya sesuai apa yang diharapkan, angkanya lebih tinggi lebih tinggi dari perkiraan. Tapi entah kenapa harga jatuh turun. Trader lalu berpikir kembali tentang semua analisa yang sudah dilakukan, tentang alasan-alasan yang membuat EUR/USD seharusnya naik.

Tapi semakin dipikirkan, harga semakin jatuh. Mendapati harga jatuh dan analisa tak sesuai harapan, emosi kemudian mulai mengambil alih dan insting melawan tumbuh. Kondisi tak baik ini seringnya menahan trader untuk menyelesaikan apa yang sudah direncanakan.

Lebih buruknya, masalah ini bisa memicu reaksi yang bersifat negatif. Trader professional tak akan membiarkan situasi seperti ini merusak akun trading, dan memastikan bahwa reaksi negatif tak akan muncul. Tentu saja langkah ini butuh latihan keras, tapi masih tetap mungkin dilakukan.

Jenis Emosi Paling Sering Muncul

Ada begitu banyak jenis emosi yang muncul dari trader yang kondisi psikologisnya sudah goyah. Reaksinya bisa beragam, tergantung pada karakter trader itu sendiri. Beberapa yang paling umum seperti takut, canggung, serakah, terlalu semangat, juga terlalu percaya diri.

Rasa takut juga canggung seringnya disebabkan karena membuka trading dengan modal besar. Trading dengan ukuran tak biasa justru rentan terhadap volatilitas dan bisa mengakibatkan trader membuat kesalahan yang seringnya tak dilakukan.

Kemungkinan penyebabnya yaitu tingkat stress yang semakin naik karena berisiko kehilangan modal dalam jumlah luar biasa besar daripada rata-rata trading. Satu sebab lain dari munculnya rasa takut yaitu saat salah trading, artinya trading tak sesuai dengan rencana yang sudah disusun.

Perasaan terlalu yakin juga terlalu semangat merupakan jenis emosi yang meminta ‘korban’, yang mana banyak trader pasti pernah merasakaan sesaat setelah membuka posisi di market. Rasa yakin memang dibutuhkan di tiap trading, begitu juga sikap semangat.

Akan aneh jika trader tak mempunya rasa yakin dan semangat, karena tanpa dua sikap tersebut trader tak akan mendapat kondisi mental yang tepat untuk menghadapi trading. Yang menjadi persoalan kemudian yaitu kadar keyakinan dan semangat yang dibawa trader.

Trader harus menjaga sikap yakin dan semangat dalam takaran yang pas sesuai rencana yang dibuat. Trading yang bagus bisa saja berakhir dengan kalah, dan sebaliknya. Poin utamanya yaitu agar trader punya rasa yakin pada trading yang dibuka akan berakhir profit.

Emosi dalam bentuk terburuk bagi trader yaitu serakah dan terlalu percaya diri. Semisal menemukan diri ada dalam situasi selalu ingin membuka trading karena kemungkinan menang besar, itu bisa menjadi tanda sederhana bahwa sikap serakah sudah merusak fokus trading.

Serakah seringnya dihasilkan dari kondisi trading yang selalu berakhir menang, tapi jika melupakan sikap hati-hati, trader mungkin saja terpeleset dan berakhir kerugian. Selalu pastikan bahwa trading dibuka dengan mekanisme yang sudah disusun sebelumnya, misalnya dengan mengatur stop, target, setup, manajemen risiko, dll.

Cara Mengontrol Emosi Trading

Selalu merencanakan pendekatan yang akan digunakan merupakan kunci utama untuk menjauhkan emosi negatif dari trading. Terdapat semacam kata bijak, ‘gagal membuat rencana berarti merencanakan kegagalan’. Dalam market finansial, kata bijak ini sangat benar adanya.

Sebagai trader yang mencari peruntungan lewat profit, hanya ada satu cara untuk mendapat profit. Ada begitu banyak strategi dan pendekatan yang bisa menolong trader mencapai tujuan. Tapi apapun yang dipilih, trader harus mampu mendefinisikan secara jelas dan membuat pendekatan secara sistematis.

Membuat aturan pribadi merupakan langkah pertama untuk mengontrol emosi saat trading. Buatlah semacam aturan yang harus diikuti saat trading. Aturan yang dimaksud wajib menyertakan rasio risiko dan profit yang bisa ditoleransi untuk masuk keluar trading, termasuk target profit dan posisi stop.

Membuka trading dalam kondisi market yang sesuai juga bisa berfungsi mencegah emosi mengambil alih fokus trading. Menjauhlah dari kondisi market yang kurang ideal, dan jangan trading jika merasa tak dalam kondisi tepat. Jangan membuka trading hanya karena terlihat baik, jika perlu menjauhlah untuk sementara waktu.

Menyesuaikan ukuran trading bisa menjadi satu kiat jitu untuk mengontrol emosi trading. Barangkali inilah cara termudah untuk mengurangi efek emosi dari trading, yaitu menurunkan ukuran trading. Satu contoh, bayangkan trader membuka akun USD 10.000, lalu membuka trading USD 10.000 untuk EUR/USD.

Begitu trading bergerak 1 pip, trader pasti akan melihat fluktuasi kecil dalam akun. Sejumlah USD 320 kemudian digunakan sebagai margin, dan trader setidaknya masih punya usable margin (margin yang tak digunakan) senilai USD 9.680 yang kemudian terfluktuasi oleh USD 1 tiap pip.

Sekarang bayangkan trader yang sama membuka trading senilai USD 300.000 pada mata uang yang sama. Trader lalu harus mengalokasikan USD 9.600 untuk margin dan hanya meninggalkan USD 400 sebagai usable margin, lalu trading bergerak USD 30 tiap pip.

Setelah trading bergerak melawan trader hanya dengan 14 pip, usable margin menjadi berkurang dan trading ditutup otomatis oleh broker karena terkena margin call. Trader dipaksa mengambil kekalahan, dan bahkan tak punya kesempatan untuk melihat harga kembali lagi.

Dalam kondisi yang demikian, trader dipaksa untuk menempatkan diri pada posisi di mana kesuksesan masih jauh dari genggaman. Oleh karenanya, menurunkan ukuran trading dapat membantu mengurangi risiko seperti yang disebut terjadi pada trading selanjutnya.

Pada konteks faktor fundamental, merencanakan berbagai kemungkinan akhir dengan melihat informasi kunci bisa menjadi strategi tersendiri untuk mengontrol emosi saat membuka trading. Hasil untuk trader yang memakai rencana trading dan mereka yang tidak, sangat lebar perbedaannya.

Membuat rencana trading merupakan langkah pertama untuk menghilangkan kemunculan emosi saat trading, meskipun rencana trading tak akan sepenuhnya bisa menghilangkan efek emosi setelah trading berakhir. Setidaknya inilah cara terbijak yang bisa diambil trader terkait emosi trading.

Psikologi trading sama pentingnya dengan rencana trading, bahkan porsinya hampir seimbang. Kondisi psikologis trader erat kaitannya dengan sikap yang akan dimunculkan sewaktu trading. Semisal trader dalam kondisi tak stabil, besar kemungkinan emosi muncul dan mengambil alih fokus trading.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :