Satu di antara bentuk manajemen risiko yang sering diterapkan trader yaitu aturan risiko 1%. Aturan ini membatasi trader supaya tak memberi risiko lebih besar saat trading sehingga potensi rugi bisa ditekan. Meski begitu, aturan risiko 1% kadang bisa berubah, tergantung metode trading yang dianut.

Selain aturan risiko 1%, sebenarnya masih ada cara lain untuk mengelola risiko saat trading. Misal dengan memanfaatkan order stop-loss yang otomatis mengeluarkan trader dari market. Aturan ini akan menjaga modal trader tak akan hilang terlalu banyak saat situasi market sedang tak berpihak.

Meski begitu, aturan risiko 1% tetap bisa mendatangkan profit untuk trader. Ada banyak alasan yang masuk akal kenapa aturan risiko 1% harus diterapkan para trader. Selain mereduksi peluang rugi, trader bisa mendapat keuntungan lain saat menerapkan aturan ini dalam trading yang dilakukan.

Sumber: morganmckinley.com.sg

Aturan risiko 1%

Jika mengikuti aturan ini, trader seharusnya tak boleh memberi risiko trading lebih 1% dari modal yang dipakai untuk tiap trading. Itu bukan berarti jika trader punya USD 30.000 di akun trading, maka trader hanya bisa membeli maksimal USD 300, yang merupakan 1% dari USD 30.000

Trader tetap bisa memakai semua modal di satu trading, bahkan bisa lebih jika mau memakai leverage. Menerapkan aturan risiko 1% artinya trader mengelola risiko trading sehingga kerugian yang diterima trader tak akan lebih dari 1% untuk tiap trading yang dilakukan. Begitu sederhananya.

Tak ada trader yang selalu memang di tiap trading, dan batasan risiko ini membantu melindungi modal trader dari situasi tak menguntungkan. Jika trader memberi risiko 1% di tiap trading, ibaratnya trader perlu 100 kali trading supaya modal yang dipunyai benar-benar habis.

Semisal trader pemula menerapkan aturan ini, bisa dipastikan situasi keuangan akan baik-baik saja selama tahun pertama berkarir di forex. Mengalokasikan risiko 1% atau kurang untuk tiap trading terlihat seperti tak berarti untuk beberapa trader, meski tetap akan memberi profit nantinya.

Meski sudah mengatur batasan risiko trading, trader juga harus punya target profit dari tiap trading yang dilakukan, mulai 1,5%-2% atau lebih. Saat membuka beberapa trading sekaligus, naikkan poin prosentase target profit jika memungkinkan, meski hanya menang trading beberapa kali.

Sumber: businessalligator.com

Penerapan aturan

Dengan memberi risiko sebesar 1% di tiap trading, trader bisa mengambil profit sebesar 2% dari tiap trading yang berjalan, meski market hanya bergerak beberapa poin saja. Misalnya, trader bisa memberi risiko 1% dari modal tiap trading meski market hanya bergerak 5% atau 0,5% saja.

Trader bisa mengatur ini lewat order stop-loss dan profit target. Asumsikan trader ingin membeli mata uang EUR/USD senilai USD 15, dan modal keseluruhan yang dipunya yaitu USD 30.000. Saat anda masuk market, harga mengalami swing bawah pendek di USD 14.90.

Dalam hal ini, tempatkan order stop-loss di USD 14.89, satu cent di bawah harga terendah paling baru. Begitu trader tahu lokasi stop-loss yang ditempatkan, trader bisa menghitung berapa banyak mata uang yang harus dibeli sembari tak memberi risiko lebih dari 1% dari tiap akun trading.

Jika dihitung keseluruhan, risiko akun trading 1% dari USD 30.000 yaitu USD 300, dan risiko tiap trading yaitu USD 0.11 yang didapat dari selisih harga masuk dan lokasi order stop-loss. Lalu hitung lagi dengan membagi risiko akun dengan risiko trading untuk mendapat position sizing yang tepat.

Mengacu pada angka yang sudah disebut, berarti USD 300 / USD 0.11 = 2.727. Untuk mempermudah hitungan, genapkan angka ini jadi 2.700. Inilah jumlah ideal unit mata uang yang bisa dibeli di satu trading tanpa harus khawatir terekspos kekalahan lebih dari 1%.

Catat, jika membeli 2.700 unit dengan USD 15 maka totalnya adalah USD 40.500, yang mana ini lebih dari isi total akun trading USD 30.000. Itu sebabnya, trader butuh leverage setidaknya 2:1 untuk bisa ikut trading. Jadi, jika harga menyentuh batas stop-loss, trader akan kehilangan 1% dari modal awal, kurang lebih USD 300.

Tapi jika harga bergerak naik dan trader menjual di angka USD 15.22, maka ada sekitar 2% keuntungan yang didapat atau sekitar USD 600. Ini karena posisi trader dikalibrasi untuk mendapat keuntungan atau kerugian 1% dari tiap pergerakan harga USD 0.11. Misalnya lagi, jika keluar trading di USD 15.33, maka ada profit 3% dari trading, meski harga hanya bergerak 2% saja.

Metode ini memungkinkan trader untuk beradaptasi saat trading untuk beragam situasi market, entah itu saat terjadi volatilitas atau stagnan, trader tetap bisa mendapat profit. Yang menarik, aturan ini juga bisa diterapkan di berbagai jenis market. Aturan risiko 1% juga cocok dipakai untuk trader individual dengan beragam ukuran akun trading.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :