Support dan resistance terjadi secara alami pada market forex, dan merupakan satu kondisi yang bisa dimanfaatkan trader untuk membuat strategi. Karena begitu pentingnya, tak jarang trader menyusun strategi berdasarkan perkembangan level support dan resistance yang berkembang.

Saat level support dan resistance yang kuat sudah ditemukan, trader akan sangat terbantu dalam mengeplot strategi secara efektif, termasuk dalam mengelola trading, menyesuaikan besaran risiko, dan memilih pendekatan trading yang tepat sesuai situasi dalam market.

Tak harus menjadi frustasi setelah membuka atau menutup trading karena mata uang tetap bergerak searah dengan trading. Situasi seperti demikan memang banyak dialami trader lain, tapi dengan memaksimalkan support dan resistance, hasil trading akan sesuai dengan harapan.

Price Action

Banyak trader yang menganggap price action (pergerakan harga) punya keterkaitan yang unik saat digunakan untuk mengidentifikasi level support dan resistance dengan alasan tertentu, yaitu saat market sudah mentransaksikan suatu mata uang hingga ke level tertentu.

Contoh sederhana, jika trader mengamati bahwa harga sudah memantul kembali ke .9956 pada mata uang AUD/USD, maka harga bisa terefleksi kembali level yang sama. Karena saat .9956 sudah tersentuh, jumlah penjual dalam market akan melebihi jumlah pembeli dengan alasan apapun.

Fakta bahwa harga terefleksi kembali ke level awal sederhananya menunjukkan pada trader bahwa market menolak .9956. Semisal trader bisa menemukan level Fibonacci atau bahkan pivot point pada harga tersebut, maka bisa dipertimbangkan bahwa level resistance tersentuh beberapa kali.

Angka Psikologis

Sebagai makhluk biasa, manusia secara alami akan berpikir tentang angka yang ada di sekitarnya. Satu contoh kecil, saat ada yang bertanya tentang harga mobil, jawaban yang muncul pasti bukan harga pas yang ditunjukkan, tapi harga yang ada di sekitarnya atau yang mendekati.

Alih-alih mengatakan harga mobil yaitu USD 21.554.76, akan lebih mudah jika mengatakan sekitar USD 21.000. Kecenderungan berpikir seperti ini juga terjadi jika diberi pertanyaan lain tentang angka. Manusia akan menyederhanakan nilai atau angka, salah satunya demi menghemat waktu.

Pola berpikir yang sama juga terjadi pada trading, sehingga banyak trader yang secara psikologis akan memilih angka yang mudah untuk menempatkan stop dan limit, seperti 1.0000 pada AUD/USD, 1.3000 pada EUR/USD, atau 1.5500 pada pasangan GBP/USD.

Yang sebenarnya terjadi, order stop dan limit yang ditempatkan pada lokasi ini bisa memengaruhi alur order trading. Artinya, jika harga bergerak terlalu kuat menembus level resistance, itu sudah cukup memicu order stop sehingga hasilnya tak sesuai perkiraan.

Pemilihan lokasi seperti ini kadang membuat order stop berperan sebagai pembatas, yaitu menyetop dan membalikkan harga, bahkan menekan hingga lebih rendah. Yang umum terjadi, trader memilih angka 000 di tiap akhir untuk mata uang mayor, seperti 1.31000 atau 1.36000 pada EUR/USD.

Pada mata uang yang melibatkan pecahan yen, trader sering mengakhiri dengan 00, seperti 113.00 pada EUR/JPY. Beberapa trader kadang berpikir lebih jauh dengan menambahkan sekitar 50 pip, seperti 1.3150 pada EUR/USD atau .9950 pada USD/CAD, demi menerapkan teori psikologi ini lebih jauh.

Tapi tak semua level yang dipilih bisa berperan sebagai support dan resistance yang kuat, justru level ini hanya menyediakan perspektif tambahan lain pada trader. Misalnya, selama terjadi tren naik, harga cenderung naik cepat dan kuat sehingga menolak semua level angka.

Fibonacci

Mungkin tak ada bidang lain yang mempunyai frekuensi pemanfaatan Fibonacci lebih sering selain forex. Ada beragam cara untuk memanfaatkan Fibonacci, tapi trader harus lebih dulu mengobservasi tren yang ada pada market. Kebanyakan platform trading sudah menyertakan Fibonacci dalam folder indikator yang bisa digunakan kapan saja oleh trader.

Fibonacci dalam trading tak ubahnya sebagai alat gambar untuk menganalisa pergerakan harga dalam suatu periode. Alat ini akan menggambarkan lever harga sesuai interval dalam deretan angka Fibonacci. Level harga yang tergambar seringnya dianggap sebagai garis support dalam tren naik.

Trader tren harus bisa mengantisipasi tren yang berpotensi kembali ke titik semula, lalu masuk trading dengan mengambil sesuai arah tren begitu level harga tersentuh. Tapi saat terjadi tren menurun jangka panjang, trader harus mengambil sisi berlawanan dari tren.

Begitu harga kembali ke level awal sementara tren menurun kembali terjadi, trader harus mengantisipasi bahwa tren menurun akan memaksa kembali. Barangkali langkah tersebut merupakan cara terbaik untuk trading menggunakan Fibonacci, terlebih jika dikaitkan dengan level support dan resistance.

Tiap trader bisa mengambil benefit tertentu dari Fibonacci, tentu sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan dari trading. Beberapa trader kadang lebih memilih mekanisme lain dalam trading support dan resistance, seperti memanfaatkan price action atau pivot point.

Pivot Point

Tersedia beberapa cara untuk mengindentifikasi pivot point, dan ini merupakan salah satu elemen dari support dan resistance yang bisa disesuaikan dengan target trader. Sebagai gambaran, pivot point merupakan perhitungan berdasarkan perilaku harga masa lalu yang dapat menyediakan ide dari level support dan resistance yang baru.

Apa yang menarik pivot point yaitu fungsinya yang kadang menyerupai support dan resistance itu sendiri, meski hitungan harga yang dihasilkan merupakan produk kalkulasi matematis. Satu contoh, satu bentuk populer dari pivot point sering diidentikkan dengan ‘lantai pivot’.

Untuk menghasilka pivot point, cukup ambil harga tertinggi, terendah, dan penutupan dari periode sebelumnya lalu bagi dengan tiga. Dalam kata lain, pivot point merupakan harga rata-rata dari tiga harga tersebut. Trader kemudian bisa mengalikan dua dan dikurangi harga terendah kemarin untuk mendapat level R1 dari pivot level.

Untuk mendapat S1, kalikan harga pivot dengan dua lagi, tapi kali ini dikurangi dengan harga tertinggi kemarin. Pivot bisa dihitung dalam berbagai time frame, dan jika time frame yang digunakan tinggi hasilnya juga semakin relevan sehingga cukup bisa diandalkan.

Pivot point mingguan dikategorikan sebagai level support dan resistance paling kuat dibanding pivot point harian. Ada semacam perbedaan pada pivot point semacam ini, seperti camarilla pivot yang sering dimanfaatkan oleh trader jangka pendek.

Di antara penyebabnya yaitu karena menggunakan perhitungan matematis yang agak berbeda sehingga mampu menyediakan hasil yang mendekati harga sekarang. Jika kemudian muncul pertanyaan, elemen mana yang bekerja lebih baik dengan support dan resistance, jawabannya sangat relatif.

Sebenarnya, ini sangat tergantung dengan strategi yang dipilih untuk trading. Tak ada yang pernah menyebut bahwa level support dan resistance bisa dimanfaatkan untuk memprediksi perilaku market. Tiap satu elemen merupakan kemungkinan, dan trader tak akan bisa menentukan hasil akhirnya sebelum trading berakhir.

Tapi level atau elemen yang demikian bisa menolong trader untuk mencari pendekatan yang pas sesuai kemungkinan yang ada, yaitu membatasi risiko dan memaksimalkan potensi profit. Jadi ada kemungkinan besar bahwa strategi apapun terkait support dan resistance tetap mengandalkan manajemen risiko. Karena terdapat satu fakta penting dari market, bahwa tak ada yang tahu candle seperti apa yang selanjutnya akan muncul pada chart.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :