Banyak yang memulai trading karena ingin menghasilkan uang dalam jumlah besar hanya dengan investasi awal kecil. Dalam market forex, yang mana leverage bisa diperbesar hingga 50 kali lipat, jelas menjadi daya tarik utama yang mampu menarik banyak trader baru untuk bergabung.
Apa yang tak didasari trader tersebut yaitu bahwa market forex tak hanya menyediakan profit besar, tapi juga risiko yang sama besar. Trader pemula seolah tertutupi dengan keserakahan, yang mana seringnya justru membawa kegalalan meski baru karirnya baru seumur jagung.
Bahkan dengan manajemen risiko yang layak, trader mendapat kemungkinan trading berakhir gagal. Justru terdapat skenario manajemen risiko yang kadang menjebak trader. Itu sebabnya, siapa saja yang ingin meningkatkan situasi finansial harus membekali diri dengan sejumlah cara.
Jebakan A: Trading Tanpa Stop
Beberapa trader, setelah mengobservasi singkat market dengan chart teknikal, mengambil kesimpulan bahwa harga bergejolak secara liar. Semisal masih bertahan dengan posisi yang kalah, harga mungkin saja kembali ke entry level sehingga memungkinkan trader mendapat peluang meski kecil.
Langkah tersebut sebaiknya tak diambil. Coba amati trader yang membeli GBP/JPY pada 250.00 atau lebih tinggi pada Juli 2007 (harga pada saat itu tampak pada chart di bawah yaitu 124.00, bergerak hingga lebih dari 50% dari nilai mata uang asli).
Trader yang mencoba menenangkan diri dengan ‘tenang, harga akan kembali naik’ pada posisi GBP/JPY di 2007 sekarang mendapati situasi yang sangat kurang bersahabat. Begitu juga prospek membuat profit hingga 100% akan makin menjauh, dan bahkan tak mungkin dikejar.
Jebakan semacam ini sudah banyak dibahas, bahwa trader umumnya lebih banyak rugi saat kalah daripada profit yang diperoleh saat menang. Untuk mengatasinya, selalu tempatkan stop pada tiap trading yang diambil sehingga saat rencana tak berjalan, risiko bisa dihindari.
Jangan terlalu banyak mengambil risiko, dan 5% merupakan angka maksimal untuk tiap risiko trading. Beberapa trader bahkan memakai cara konservatif hingga tahap lebih lanjut, yaitu dengan memberi risiko hanya 1% untuk tiap posisi trading yang dibuka.
Jebakan B: Memakai Rasio Tak Seimbang
Sebagai kelanjutan dari kesalahan awal yang dibuat trader, terdapat suatu riset yang menyatakan trader sering rugi besar pada posisi kalah dan profit sedikit pada trading menang. Grafik di bawah menjadi penjelas tentang kondisi timpat yang dialami trader tersebut.
Rata-rata kemenangan diberi warna biru, dan rata-rata kekalahan diberi warna merah pada tiap mata uang yang sering ditransaksikan. Alasan kenapa ini terjadi yaitu karena kurang matangnya rencana trading. Hasilnya yaitu trader masuk market dengan mengorbankan 2 dolar untuk mendapat 1 dolar.
Skenario yang kurang lebih sama yaitu saat trader berinisiatif membuka posisi trading karena merasa ada peluang dalam market dan tak ingin melewatkan kesempatan ini, tapi di sisi lain belum menyiapkan lokasi stop atau order limit untuk satu trading.
Begitu trader memeriksa trading beberapa jam kemudian, trader justru hanya mendapat kejutan. Dan karena sifat alami manusia selalu mendikte otak agar selalu menganggap benar, trader yang baru mendapat profit kecil kemudian menutup trading secara cepat karena takut profit berkurang.
Situasi ini tak ubahnya dengan trader yang tetap membuka trading saat posisi kalah karena berharap harga akan kembali lagi. Lalu bagaimana caranya mengatasi situasi tak menguntungkan ini? Selalu pastikan untuk menggunakan order limit pada tiap trading dengan jarak pip yang kurang lebih sama dengan posisi stop.
Jebakan C: Memakai Leverage Terlalu Besar
Seperti yang tersebut di bagian awal, banyak yang datang ke market forex untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar lewat investasi kecil. Ini mungkin saja terjadi dengan leverage dalam jumlah besar yang tersedia. Tapi yang kurang disadari yaitu bahwa leverage besar seringnya membawa konsekuensi dalam jangka panjang.
Tapi karena leverage tersedia seolah tanpa batas, bukan berarti trader harus menggunakan semua yang ada. Satu fakta sederhana, banyak trader professional justru sering memakai leverage yang relatif kecil sebagai upaya mendapatkan pemasukan yang maksimal secara keseluruhan.
Situasi ini jelas terbalik dengan pemikiran trader pemula, kenapa harus memakai leverage kecil jika ingin membuat profit yang besar? Ada satu penjelasan mudah untuk ini. Saat membuka trading dengan posisi terlalu besar, tiap pergerakan pip efeknya menjadi lebih terasa untuk akun forex.
Dan seperti yang sudah terlihat di atas, banyak trader pemula yang jumlah kerugiannya lebih besar daripada profit yang didapat. Saat ukuran trading terlalu besar, tiap pip seolah mempunyai nilai lebih tinggi. Karena pip nilainya makin tinggi, ada semacam beban yang muncul saat trading.
Di satu sisi, trader harus cepat membuat keputusan dalam market yang bergerak cepat. Perpaduan ini kerap memunculkan stress sehingga fokus menjadi terganggu. Jika mau jujur, semua ini diawal dari membuka trading dengan ukuran yang relatif besar.
Yang menjadi persoalan, kebanyakan trader dengan saldo lebih kecil dalam akun forex lebih rentan terpapar risiko trading karena memakai leverage tinggi. Bisa dilihat dari tabel di atas bahwa trader yang dengan modal kurang dari USD 1000, secara rata-rata akan mengambil leverage 26 kali.
Artinya, dalam tiap trading USD 100, trader berarti membuka posisi hingga USD 2600. Sedang trader dengan modal antara USD 5000 sampai USD 9999 akan memakai leverage rata-rata 1:5 (trader berarti mengambil posisi sebesar USD 500 untuk tiap USD 100 dari akun trading).
Jika dibuat hitungan, trader yang mengambil leverage 1:5 lebih mempunyai peluang profit lebih tinggi daripada trader dengan leverage 1:26. Trader yang memakai leverage besar hanya mendapat profit sebesar 21% dari semua tradin, sedang trader dengan leverage 1:5 punya rasio profit 37%.
Beberapa mungkin mengira trader yang membawa modal trading antara USD 5000 hingga USD 9999 diangap punya pengalaman tinggi, bahkan trader professional. Tapi jika mengacu pada tabel yang terlihat di atas, perkiraan ini berarti salah adanya.
Untuk menghindari jebakan ini, hindari menggunakan level leverage terlalu tinggi. Justru banyak trader professional selalu menjaga diri untuk tak memakai leverage lebih dari 1:10. Artinya, trader membuka trading kurang dari USD 10.000 untuk setiap USD 1000 dari akun trading.
Sejumlah trader bahkan mengambil leverage yang lebih kecil, seperti 1:5. Artinya, mengambil posisi trading kurang dari USD 5000 untuk setiap USD dari akun forex. Meski demikian, terdapat cara yang lebih ekstrim lagi, yaitu trading tanpa memakai leverage sama sekali.
Tapi bagaimanapun juga, trading tanpa leverage tak dianjurkan untuk trader pemula karena tingkat risiko yang seimbang. Jauh lebih baik jika tetap memakai leverage, dengan catatan leverage yang digunakan masih dalam batas wajar.
Gunakan rasio risiko dan profit untuk mencari besaran leverage yang tepat sebelum membuka trading, tentu saja harus disesuaikan dengan strategi. Dengan demikian, risiko trading kemungkinan besar bisa dihindari dari sejak awal membuka posisi dalam market.