Kurang tepat rasanya jika trader hanya mempersiapkan rencana trading saja saat ingin masuk ke market. Ada aspek lain yang juga sama pentingnya, bahkan tanpa menyertakan ini, rencana trading tak bisa tereksekusi secara sempurna. Aspek yang dimaksud tentu psikologi trading.
Seiring banyaknya trader baru berdatangan di lantai market forex, muncul semacam pemikiran lain, bahwa trading forex sangat mudah dilakukan atau forex lebih sulit dibanding karir dibanding karir lain misalnya. Pemikiran semacam ini seiring waktu berubah menjadi mitos.
Mitos tentang psikologi trading kemudian menyebar, dan banyak memakan korban terutama pada mereka yang baru mengenal forex. Begitu banyak yang terpengaruh, dan setidaknya ada sejumlah mitos psikologi trading yang sudah terlanjur populer seperti berikut.
#1. Manusia dilahirkan untuk menjadi trader.
Mungkin ada benarnya bahwa beberapa orang lahir dengan karakter personal yang memudahkannya untuk trading, tapi tak ada satu manusia pun yang terlahir sebagai trader. Yang sebenarnya terjadi yaitu, tak ada trader yang benar-benar sukses trading sedari awal karir.
Jika pun bisa sukses, mereka pasti bekerja sangat keras agar targetnya tercapai. Bukan berdasarkan kemampuan yang dibawa dari lahir, tapi hasil kerja keras. Jika pun ada trader yang sukses dari awal karir, itu berarti mereka sudah mempersiapkan bekal dengan matang sebelum masuk dunia trading.
#2. Trader harus punya IQ tinggi supaya sukses.
Mitos tersebut tidak benar adanya. Siapa saja bisa berkarir dalam forex, bahkan untuk mereka yang tak punya latar belakang pendidikan bagus dan memiliki IQ rendah. Dalam beberapa kesempatan, IQ tinggi justru bisa mendatangkan persoalan saat akan membuka trading.
Misalnya, karena terlalu hebat dalam berpikir, semua hal lalu dipikirkan saat akan menyusun rencana trading. Hasilnya justru fokus yang terganggu. Trading merupakan aktivitas performa yang mana kemampuan intelektual yang kuat tak terlalu diperlukan.
#3. Trader top sukses karena punya karakter trading yang tepat.
Dalam forex, tak ada namanya ‘karakter trading yang tepat’. Beberapa penelitian gagal menunjukkan bukti keterkaitan antara jenis karakter dan kesuksesan trading. Meski demikian, sangat penting untuk memahami karakteristik personal dan bagaimana karakter ini bisa berguna dalam trading.
Karakter trading bukan merupakan penyebab utama kenapa trader mampu meraih sukses, melainkan perpaduan dengan sikap lain dan strategi yang mampu memaksimalkan karakter trading. Lewat perpaduan ini, trader bisa mendapatkan senjata paling jitu untuk mencapai kesuksesan trading.
#4. Trading itu mudah.
Jika berpikir seperti ini, bisa jadi trading akan jadi lebih mudah. Tinggal gambar beberapa garis pada chart, mengamati indikator, dan ikuti pergerakan harga dari market. Tapi tak selalu seperti itu. Yang sebenarnya adalah bahwa trading merupakan bisnis yang sulit dikuasai.
Trading melibatkan sejumlah kemampuan berbeda dan keahlian lebih tinggi dibanding jenis profesi dan karir lain. Trader harus memahami kekuatan personal sekaligus batasannya, juga dituntut untuk mengambangkan kemampuan tertentu yang terkait dengan mental dan emosi yang dibutuhkan dalam trading. Kemampuan menunggu atau sabar merupakan paling sulit dikembangkan.
#5. Trader harus tangguh, teguh, dan tanpa rasa takut.
Mitos ini terlalu dibesar-besarkan dan kurang berdasar. Karakter semacam ini kadang justru bisa merusak trading. Kondisi market selalu berubah, dan trader dituntut mampu mengikuti perubahan. Berpegang teguh pada pendirian karena tak takut bukan sikap yang layak dipertahankan jika kondisi market memang tak berjalan sesuai keinginan.
Trader sukses pasti lebih memilih melakukan riset, mempelajari chart, dan sabar dalam menunggu kesempatan datang, bukan kaku pada sikapnya sendiri. Mereka yang sukses akan lebih memilih menjaga ego agar tetap jauh dari trading sehingga keputusan yang dibuat tetap logis.
Memang, trader diharuskan tangguh dalam arti tak pernah menyerah untuk selalu mencoba, harus teguh dalam menjalankan apa yang sudah direncanakan, juga tanpa takut saat mengeksekusi rencana. Tapi sekali lagi, sikap ini harus digunakan trader dalam takaran yang pas.
#6. Trading tanpa emosi.
Karena semua trader adalah manusia, jadi trading tanpa emosi tak mungkin dilakukan. Tapi bukan berarti juga tiap trading harus selalu melibatkan emosi, ini justru salah besar. Emosi bisa membawa kehancuran pada trading, dan yang terbaik yaitu menjaga emosi dalam kadar normal.
Lebih penting lagi, jika mampu memahami, trader akan melihat bahwa emosi merupakan suatu aset, bukan kekurangan. Kunci utamanya yaitu selalu waspada bagaimana emosi berinteraksi dan memengaruhi trading, lalu kembangkan kemampuan untuk mengakomodasi emosi tersebut.
Terlalu banyak hal negatif yang muncuk akibat emosi trading. Selain mampu merubah trading menang menjadi kalah, emosi juga bisa merusak akun forex sehingga rentang terkena margin call. Di antara cara paling bijak mencegah emosi trading yaitu dengan mengikuti rencana trading.
#7. Trader top biasanya selalu benar tentang kondisi market.
Trader top punya banyak pengalaman, baik kalah trading atau menang trading. Trader top berada di atas karena mereka punya kemampuan mumpuni dalam mengelola risiko, membatasi jumlah kekalahan dari tiap trading yang dibuka, dan mengembangkan sikap psikologis yang tepat yang memungkinkan mereka cepat move on dari kalah trading.
Kebanyakan trader top mendapat profit dalam kisaran yang cukup, bukan profit besar, tapi mampu membatasi kalah hingga dalam jumlah kecil. Saat kondisi market sudah sesuai harapan, trader top baru mencoba menambah trading dan membiarkan profit berdatangan dengan sendirinya.
#8. Kuasai kemampuan teknikal untuk menjadi sukses.
Di aspek inilah kebanyakan trader menghabiskan mayoritas waktu yang dipunya, tapi ini hanya satu bagian kecil dari keseluruhan forex. Trader juga harus belajar kemampuan untuk mengeksekusi apa yang didapat, tak hanya fokus menambah pengetahuan tanpa pernah menggunakannya.
Trader dituntut untuk menghabisakan waktu yang sama untuk mengembangkan kemampuan psikologis, seperti halnya dalam mengembangkan kemampuan secara teknikal dalam trading. Dua jenis kemampuan ini harusnya dilatih secara imbang, baik secara psikologis dan teknikal.
#9. Trading membuat stress.
Trading jelas bisa membuat stress, dan sudah membuat stress banyak trader. Tapi tak harus seperti ini. Seperti di bagian awal, trading itu mudah jika memang dibuat mudah, tapi menjadi sulit jika mempersulit diri. Bagian terpenting yaitu, trader sukses punya semacam pemikiran sendiri supaya terhindari dari belenggu stress.
Stress bisa disebabkan banyak hal, misalnya ukuran trading terlalu besar sehingga merasa takut kalah, atau karena situasi market berubah tak seperti yang diharapkan di awal. Jika demikian, kurangi ukuran trading dan tetap ikuti rencana. Semisal market tak berjalan sesuai keinginan, jauh lebih baik jika segera mengakhiri trading supaya kerugian tak makin membesar.
Trader sukses hanya meletakkan harapan kecil di tiap trading yang dilakukan, dan lebih fokus pada tujuan jangka panjang. Mereka paham bahwa jika menempatkan aspek trading yang dapat dikontrol sesuai dengan kemampuan (pemilihan trading, entry point, rasiko risiko, dan target profit misalnya), profit akan datang sesuai apa yang diharapkan di awal.