Saat awal perjalanan karir trading, trader pasti kerap menemukan sejumlah metode trading berbeda. Tak masalah apa strategi yang nantinya bakal dipilih, banya peluang trading sebenarnya bisa diidentifikasi dengan mudah lewat satu jenis indikator saja.

Begitu paham cara memanfaatkan price action, moving average, RSI, stochastic, dan MACD, trader sudah ada dalam jalur tepat untuk mulai mendulang profit dari trading, meski bermodal strategi sederhana. Masalahnya, banyak trader yang memperumit diri dengan membuat strategi kompleks.

Trader seringnya merasa bahwa strategi kompleks dengan detail luar biasa akan memberi performa lebih baik dibanding strategi sederhana yang hanya fokus pada beberapa area saja. Padahal, strategi sederhana memberi kesempatan trader bereaksi lebih cepat dan rendah stress.

Memilih Indikator Untuk Strategi Sederhana

Semisal baru mulai terjun dalam forex, inilah kesempatan tepat untuk mencari perpaduan sempurna antara satu indikator dengan strategi sederhana. Satu cara terbaik menyederhanakan trading yaitu membuat rencana trading yang melibatkan chart dengan beberapa aturan saja.

Setidaknya ada lima indikator paling efektif untuk mengidentifikasi poin masuk dan keluar trading. Begitu mulai trading live, satu indikator dan strategi sederhana bisa menjadi paket sempurna untuk meraup profit. Ada sejumlah faktor fundamental yang memengaruhi nilai tukar satu pecahan uang ke pecahan lain.

Untuk melihat perbedaan ini, trader seringnya mengamati chart sebagai cara termudah mengidentifikasi peluang trading yang muncul, dipadu dengan indikator. Saat mengamati chart, trader akan melihat dua perilaku umum market yang menunjukkan kecenderungan pergerakan.

Dua perilaku yang dimaksud yaitu saat market mengalami range dengan level support atau resistance kuat, dan saat market mengalami breakout atau tren kuat ke satu arah. Analisa teknikal memungkinkan trader mengidentifikasi range atau tren lalu menemukan peluang masuk keluar tertinggi berdasar hasil pengamatan.

#1. Price Action

#1. Price Action
Sumber: senasib.com

Price action, dalam hal ini, dimaknai sebagai pola pergerakan harga, dan kadang dianggap sebagai indikator sendiri. Trader harus pandai membaca apa yang terjadi pada harga sebelum memakai indikator sebenarnya. Saat tren ditemukan, trader lalu bisa ‘berkonsultasi’ ke indikator untuk melihat sinyal entry yang searah tren.

Coba amati chart EUR/GBP berdurasi 1 jam di atas. Apa yang paling terlihat dari chart yaitu penurunan nilai mata uang. Ini bisa diketahui karena dalam time frame lebih panjang, chart 4 jam atau harian misalnya, mata uang sudah merubah titik rendah tertinggi dan titik rendah terbawah yang mana sangat mencerminkan tren menurun.

Juga, di tiap satu chart, mata uang ditransaksikan di bawah SMA periode 200. Semisal memakai analisa kekuatan/kelemahan, trader akan menemukan bahwa EUR lebih lemah dan GBP ada dalam posisi kuat. Berbekal informasi tersebut, trader harus menjual mata uang karena tren mendukung dan trading punya kemungkinan besar menang.

Selanjutnya, mari amati indikator pada chart tersebut. Ada tiga indikator yang terpasang pada chart, yaitu stochastic, MACD, dan CCI. Saat tren turun, sinyal entry untuk posisi sell dari tiap indikator yaitu: stochastic yaitu saat garis K (biru) melewati garis D (merah) mengarah turun, MACD yaitu saat garis MACD (merah) melewati atas garis sinyal (biru) ke arah bawah, dan CCI yaitu saat garis CCI melewati angka di bawah +100.

Seperti yang nampak pada chart, tiap indikator mampu menunjukkan sinyal beli di waktu yang sama. Jika semua sama, lalu mana yang terbaik? Mengacu tampilan pada chart, semua indikator memberi sinyal sama di waktu yang sama pula. Pilihan bergantung sepenuhnya pada satu jenis indikator yang dirasa nyaman digunakan untuk trader.

#2. Moving Average

#2. Moving Average
Sumber: google.com

Satu di antara indikator trading paling efektif untuk semua strategi yaitu moving average (MA). Indikator MA akan membuat trading jadi lebih potensial untuk trader saat mencari peluang tertinggi yang searah dengan tren market secara umum.

Saat market sedang dalam tren naik, trader bisa memanfaatkan MA atau beberapa MA sekaligus untuk mengkonfirmasi tren dan mencari waktu tepat untuk posisi jual beli. MA akan menampilkan garis hasil perhitungan rata-rata harga pecahan mata uang dengan periode waktu spesifik.

Trader bisa memilih periode 200 jika ingin memahami perilaku market lebih dalam. Bisa terlihat dari gambar bahwa peluang trading bisa didapat hanya dengan satu MA atau lebih. Mengidentifikasi peluang trading dengan MA memungkinkan trader melihat momentum harga terbaik sesuai pergerakan umum market dan keluar saat pergerakan mulai melawan.

#3. Relative Strength Index

#3. Relative Strength Index
Sumber: google.com

Relative strength index (RSI) merupakan oscillator sederhana dan sangat menolong dalam praktiknya. Oscillator semacam RSI membantu memberi tahu jika mata uang mengalami overbought atau oversold, atau bahkan jika terjadi pembalikan harga.

Untuk trader yang mau membeli saat rendah dan menjual saat tinggi, RSI bisa jadi merupakan indikator kunci yang paling dibutuhkan. RSI bisa digunakan secara seimbang untuk market tren dan range sehingga mendapat posisi masuk dan keluar secara tepat.

Saat market tak mempunyai arah pergerakan yang jelas lalu terjadi range, trader bisa memakai sinyal jual atau beli seperti yang tampak pada gambar. Saat market sedang tren, trader jadi lebih mudah membuka trading dan posisi yang diambil harus sesuai arah market secara umum.

Karena RSI merupakan oscillator, hitungan angka yang dimunculkan yaitu 0-100. Angka 100 menandakan market mengalami overbought, dan nilai kebalikannya yaitu 0 menandakan market dalam periode oversold. Jika tren naik ditemukan, trader harus bisa membaca RSI sebelum membuka trading lagi.

#4. Stochastic

#4. Stochastic
Sumber: google.com

Stochastic termasuk oscillator yang serupa RSI dan mampu membantu trader membaca market apakah dalam periode overbought atau oversold, lebih-lebih jika mengalami pembalikan harga. Satu aspek paling unik saat memakai stochastic dalam trading yaitu terkait garis %K dan %D sebagai sinyal masuk.

Karena oscillator juga mampu membaca oversold dan overbought, trader bisa melihat apakah garis %K melewati garis %D untuk mendapat sinyal beli yang valid searah tren. Kondisi sebaliknya bisa dilakukan trader jika ingin mencari sinyal jual memakai stochastic.

#5. Moving Average Convergence/Divergence

#5. Moving Average Convergence/Divergence
Sumber: google.com

Sering disebut juga sebagai rajanya oscillator. Moving average convergence/divergence (MACD) bisa dimanfaatkan dengan efektif pada market range dan tren karena menggunakan unsur MA untuk menyajikan perubahan momentum dalam market.

Saat trader mampu mengidentifikasi perilaku market apakah sedang tren atau range, ada dua hal utama yang harus diperhatikan trader jika ingin mencari sinyal trading dari indikator ini. Pertama, trader harus paham garis yang berkaitan dengan zero line guna mengidentifikasi bias kenaikan dan penurunan dari suatu mata uang.

Kedua, trader harus bisa mengidentifikasi persilangan atas dan bawah pada garis MACD merah untuk sinyal beli dan garis biru untuk sinyal jual. Tak seperti semua indikator, MACD jauh lebih efektif untuk tren atau range. Begitu sudah mengidentifikasi tren, trader bisa menempatkan stop di bawah harga terbaru sebelum persilangan, dan mengatur limit dua kali dari nilai risiko.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :