Pemilihan Presiden Prancis berhasil mengguncang Euro

Gambaran Umum Situasi Pemilihan Presiden Prancis

Pemimpin dari gerakan “En Marche!”, Emmanuel Macron, memenangkan putaran pertama pemilihan presiden di Prancis dengan mencatatkan hasil sebesar 24%. Sementara rival utama Macron, Marine Le Pen, yang merupakan pemimpin dari partai sayap kanan Prancis National Front, memperoleh hasil sebesar 21.3% dari total suara. Sementara itu, mantan perdana menteri Prancis, Francois Fillon, yang juga merupakan kandidat dari partai Republican, berada di urutan ketiga dengan hasil 20%. Kemudian diikuti oleh Jean-Luc Melenchon, pemimpin dari gerakan sayap kiri “La France Insoumise” dengan suara sebesar 19.6%. Dan yang terakhir adalah Benoit Hamon, dengan raihan suara sebesar 6.4%.Kedua pemenang, Emmanuel Macron dan Marine Le Pen akan berhadapan kembali pada putaran kedua pemilihan presiden Prancis yang diadakan pada tanggal 7 Mei 2017.

Marine Le Pen menggalang suara di daerah-daerah dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan di daerah yang memiliki besaran gaji dibawah rata-rata, dimana beliau menjanjikan akan menghentikan arus imigran yang terus membanjiri Prancis selama ini dan akan menegosiasikan kembali hubungan Prancis dengan Uni-Eropa.

Sementara itu, Emmanuel Macron mendominasi daerah-daerah dengan kondisi ekonomi yang cukup dinamis serta kota besar, seperti Paris dan Bordeaux, dimana janji-janji politiknya yang pro akan perkembangan bisnis dan menggunakan platform yang progresif berhasil memikat hati pemilih dengan latar belakang edukasi yang cukup.

Dampak Terpilihnya Calon Tertentu

Marine Le Pen

Apabila hasil pemilihan presiden putaran kedua pada tanggal 7 Mei 2017 memunculkan nama Marine Le Pen sebagai pemenangnya, Salah satu menteri di Jerman, Michael Roth, mengatakan bahwa hal tersebut akan menjadi akhir dari Uni Eropa. Setelah keputusan Inggris untuk meninggalkan keanggotaannya dalam Uni-Eropa, Marine Le Pen (setelah terpilih) akan mengadakan referendum atas keanggotaan Prancis dalam Uni-Eropa setelah 6 bulan negosiasi dengan Uni-Eropa. Kamis, 27 April 2017, dalam pidatonya, Marine Le Pen mengatakan bahwa dia akan merubah kondisi “Abu-abu” Uni-Eropa menjadi “Happy Europe”. Namun beliau tidak menyebutkan posisinya atas kebijakan anti-euro (mata uang Uni-Eropa, red).

Apabila Prancis memulai diskusi / negosiasi dengan Uni-Eropa perihal pelepasan keanggotaan Prancis, maka akan terjadi kekacauan dalam tubuh Uni-Eropa, terlebih setelah pukulan berat yang diterima Uni-Eropa sepeninggal keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni-Eropa.

Dan dengan demikian, maka nilai mata uang Euro akan berada di level kritis dan terancam depresiasi besar-besaran

Emmanuel Macron

Sementara Macron, kandidat yang pro akan keanggotaan Prancis dalam Uni-Eropa mengatakan kepada beberapa media regional akan menegakkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang berlaku dalam Uni-Eropa.

Utamanya terhadap Polandia, dimana negara ini telah terlibat dalam sengketa dengan Uni-Eropa selama lebih dari setahun. The European Commission belum dapat mengambil tindakan pasti dan meminta saran dari para anggota Uni-Eropa. Dalam hal tersebut, Macron menjanjikan dalam 3 bulan setelah beliau terpilih, akan lahir keputusan perihal Polandia. Polandia menolak untuk menjadi tuan rumah dari para pengungsi dibawah rencana yang telah ditetapkan Uni-Eropa, untuk meringankan tekanan ekonomi yang ditanggung oleh Yunani dan Itali.

Selain itu Macron menjanjikan solusi atas perkara kesenjangan sosial di Prancis, yang menurutnya terjadi karena perusahaan Prancis terus mempekerjakan tenaga kerja yang lebih murah dari luar Prancis (dari negara Uni-Eropa lainnya). Sehingga beliau akan memperjuangkan adanya pembatasan / regulasi mengenai hal terkait pada forum Uni-Eropa.

Dan dengan demikian, terpilihnya Macron akan membawa kondisi Uni-Eropa ke titik yang lebih stabil. Sehingga setidak-tidaknya tidak akan ada depresiasi besar-besaran bagi mata uang Euro dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, dampak terhadap Euro masih belum jelas.

Kondisi EURUSD Minggu Ini

Euro mencatatkan rally bullish yang dimulai dari hari senin, 24 April 2017 lalu setelah Macron berhasil merebut peringkat pertama dalam putaran pertama pemilihan presiden Prancis; Yang mana hasil tersebut dipercaya mengurangi resiko terpilihnya Marine Le Pen di putaran kedua dan lebih lanjut mengurangi resiko hengkangnya Prancis dari Uni-Eropa.

Selain itu trend bullish dari Euro disebabkan oleh pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) di hari kamis (Waktu setempat) yang menghasilkan keputusan bahwa nilai suku bunga akan berada di angka yang sama, dan keputusan mengenai hal lain diluar hal tersebut akan diambil pada semester kedua tahun 2017.

Namun, pergerakan Euro masih tertahan dalam gerakan Sideway yang berasal dari faktor fundamental utama : ketidakjelasan langkah yang diambil Uni-Eropa dalam mengamankan posisi ekonominya dari hengkangnya Inggris, Pemilihan Presiden Prancis, dan kemelut di Korea Utara. Maka, alangkah bijak apabila kita ikut memperhatikan perkembangan dari berita-berita diatas agar memiliki bekal tambahan (kalau bukan bekal utama) untuk menganalisa pergerakan mata uang Euro pada minggu depan.

 

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :