Saat ingin membuka posisi trading yang searah dengan tren, para trader teknikal kebanyakan hanya memakai indikator yang terbatas pada beberapa jenis saja. Padahal masih ada satu indikator lain yang bisa membantu trader agar sukses meraup profit dari trading.
Dengan menambah Fibonacci pada tiap trading, trader tak hanya bisa melihat target yang ingin didapat, tapi juga lokasi stop dan exit point. Pun begitu, trader juga punya peluang besar untuk meningkatkan hasil trading hanya dengan beberapa langkah mudah.
Tiap trader pasti ingin menemukan setup dengan kemungkinan tertinggi. Secara umum trader akan meyakini bahwa trading sesuai arah tren bisa menjadi cara terbaik untuk sukses trading. Tapi hasilnya jauh lebih bagus lagi jika trader mau menambahkan Fibonacci dalam strateginya.
Apakah Fibonacci Itu?
Secara singkat, Fibonacci merupakan deretan angka atau rasio matematis yang terjadi secara alami. Deretan angka ini ditemukan pada abad ke 13 oleh Leonardo de Pisa, yang juga dikenal sebagai matematikawan paling bertalenta di abad pertengahan.
Rasio atau angka paling penting dalam Fibonacci yaitu 0.618 atau 61.8%, meski ada juga tambahan seperti 1.618 dan 2.618. Dalam trading forex, deretan angka Fibonacci mampu digunakan untuk mengidentifikasi potensi level support dan resistance.
Dari perspekstif trading, level Fibonacci yang paling sering digunakan yaitu 38.2%, 50%, 61.8%, dan kadang 23.6% juga 76.4%. Dalam tren yang kuat, kondisi di mana trader ingin selalu membuka trading, rasio minimalnya yaitu 38.2%. Pada tren lemah, rasionya berkisar 61.8% atau bahkan 76.4%. Sedang pada kondisi break, rasionya bisa mencapai 100%.
Bagaimana Menggambar Fibonacci Dalam Garis Tren?
Satu hal penting yang harus dipahami sebagai dasar yaitu bahwa garis tren harus digambar dari kiri ke kanan. Semisal terjadi tren bullish dan trader melihat pembalikan ke arah turun, maka trader harus mengamati support di atas satu level seperti pada chart sebelumnya (gambar pertama).
Jika muncul tren bearish atau menurun dan pembalikan sedang terjadi, maka trader harus menunggu resistance muncul. Satu catatan penting tentang menggunakan metode trading apa saja, bahwa tak ada satu trader pun yang secara sempurna bisa menebak arak mata uang di masa depan.
Oleh karenanya, hal terbaik yang bisa diamati secara cermat yaitu level support dan resistance. Begitu trader mendapati pergerakan kuat dari support dalam suatu tren naik atau resistance dalam tren turun, maka trader bisa memakai level resistance sebagai target harga yang ingin didapat.
Dua Metode Trading Dengan Fibonacci
Terdapat dua metode trading dengan Fibonacci yang sering digunakan, yaitu Fibonacci yang searah dengan mayoritas tren market dan Fibonacci sebagai batas target. Sebagai pengingat, Fibonacci tren merupakan sesuatu yang digunakan untuk menggambar garis Fibonacci.
Itu sebabnya, dalam tren menurun, karena trader menggambar dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah, trader berarti mencari resistance yang mendapat apresiasi lalu bergerak kembali ke arah bawah. Tentu ada semacam peraturan dalam menerapkan dua metode trading tersebut.
Pertama dan yang harus paling diingat, trader harus fokus pada arah tren dalam chart yang akan dipakai untuk trading. Tren pada chart mingguan bisa saja berbeda dengan tren pada chart 4 jam, tapi jika trading memakai chart 4 jam, maka trader seharusnya fokus pada tren dalam durasi ini.
Menggunakan Indikator Fibonacci
Secara ideal, saat market mengalami tren menurun, trader harus melihat kenaikan dari poin terbawah ke level resistance sebagai peluang untuk menjual. Sebaliknya, saat market tengah dalam tren naik, trader harus mengamati penurunan dari poin atas ke level support sebagai peluang membeli.
Yang menjadi persoalan, seringnya tak banyak terlihat dengan jelas batasan level support dan resistance pada chart yang menawarkan peluang. Inilah situasi di mana Fibonacci menawarkan solusi untuk membantu trader agar mendapat posisi tepat untuk masuk trading.
Seperti layaknya trading dengan indikator lain, kunci pertama yaitu mengidentifikasi arah tren. Trader kemudian harus menunggu pergerakan hingga melawan tren terjadi sebelum masuk trading karena mungkin saja pergerakan selanjutnya akan searah dengan mayoritas tren.
Penggunaan Fibonacci menawarkan tiga potensi level support pada tren naik dan tiga level resistance pada tren menurun. Tiga rasio yang dimaksud yaitu 38.2%, 50%, dan 61.8%. Pada chart di bawah bisa terlihat tiga level resistance yang ditandai dengan garis biru setelah pergerakan kuat menurun.
Sebagai contoh, jika market turun hingga 1000 pip lalu mulai merangkak naik ke atas dari bawah, kenaikan 38.2% akan menjadi 382 pip dari kemungkinan 1000 pergerakan pip, kenaikan 50% bisa berarti 500 pip, sementara kenaikan 61.8% akan dihitung sebagai 618 pip dari bawah.
Trader kemudian harus menjual saat level rasio 50% atau 61.8% dan menempatkan lokasi order stop di atas 61.8%. Beberapa trader kadang menambahkan indikator teknikal seperti stochastic untuk membantu menemukan waktu entry terbaik yang sesuai arah tren setelah terjadi pembalikan.
Kenaikan di antara level 38.2% dan 61.8% merupakan area ‘sinyal trading’. Ini bisa dilihat dari chart yang kembali ke zona ini beberapa kali yang menyediakan peluang jual. Trader kemudian bisa memakai metode lain untuk mengidentifikasi entry posisi sell sebelum masuk trading.
Pada posisi ini trader hanya dibolehkan mengambil posisi sell karena tren sedang menurun. Trader harus menunggu sampai harga kembali merangkak naik ke resistance sehingga trading berpotensi tinggi menang. Dari sini trader juga bisa memanfaatkan indikator teknikal untuk membantu mencari waktu terbaik masuk trading saat momentum berbalik.
Menggunakan Fibonacci memang terlihat sederhana, karena begitulah seharusnya. Bagian tersulit yaitu saat menunggu setup terbentuk lalu harus masuk di momen paling tepat. Tapi mengetahui apa yang ingin dicapai merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan.
Karena pasangan mata uang sedang dalam posisi tren naik baik dalam chart harian atau chart 4 jam, langkah terbaik yaitu membeli mata uang tersebut dan tinggal mencari alasan teknis. Jika dibuat menjadi chart 1 jam maka terlihat mata uang terlihat menembus level support di 125.76.
Gambar garis Fibonacci dari swing rendah terbaru (ditandai dalam chart) ke swing atas dari pergerakan poin (juga ditandai). Setelah itu, maka akan terlihat harga naik ke atas hingga level Fibonacci 50%. Lihat bagaimana candle menyejajarkan diri dengan garis Fibonacci (lihat kotak kecil di atas chart), ada satu pergerakan yang menarik.
Terdapat beberapa ekor sumbu yang menonjol di bawah level Fibonacci. Ini mengindikasikan bahwa harga sudah teruji ke level 50% hingga beberapa kali tapi tak mampu menutup di bawahnya. Berdasar kondisi ini bisa diketahui bahwa support level terjadi pada chart 1 jam.
Bisa dilihat juga dari candle yang ada pada chart beberapa doji dan spinning top. Tiap candle tersebut menunjukkan keraguan dan punya potensi berubah arah. Dengan memakai Fibonacci, trader bisa menempatkan stop di bawah level Fibonacci 61.8% dan memakai rasio risiko profit 1:2.