Tak sedikit strategi trading ampuh yang melibatkan perhitungan tren market. Di sisi lain, ada juga strategi trading yang mencari profit dari market dengan trading melawan tren. Semisal trader mampu secara benar memprediksi awal pembentukan tren, profit besar sudah pasti menanti.

Kesuksesan yang sama juga bisa didapat jika mampu membaca kekuatan tren. Ada begitu banyak indikator yang mampu melakukan hal semacam ini, dan alat teknikal yang dimaksud yaitu indikator ADX. Indikator ini dikembangkan J. Welles Welder yang juga menemukan beberapa indikator populer seperti RSI, ATR, dan parabolic SAR.

Apa Itu Indikator ADX?

Average directional index, atau populer dengan sebutan indikator ADX, merupakan alat teknikal yang didesain untuk mengukur kekuatan tren pada market. Indikator ADX sebenarnya punya banyak fungsi selain mengukur kekuatan tren, misalnya untuk menemukan range juga tren, dan filter untuk strategi trading berbeda.

Untuk saat ini, trader seringnya memanfaatkan indikator ADX guna membaca market apakah sedang terjadi tren atau tidak. Tapi bagaimana trader tahu kapan tren akan terjadi? Pada dasarnya, indikator ADX akan menunjukkan angka 0-100.

Wilder menjelaskan jika indikator menampilkan angka 25 ke atas, berarti market sedang mengalami tren. Jika angka menunjukkan 20 ke bawah, berarti tak ada tren terjadi. Seperti yang bisa diprediksi, terdapat jeda pada angka 20-25. Alasannya, banyak analis teknikal modern menggunakan angka tersebut sebagai poin demarkasi antara tren dan bukan tren.

Perhitungan Indikator ADX

Indikator teknikal ADX merupakan gabungan dua directional indicator (indikator arah) milik wilder, yaitu positive directional indicator (+DI) dan negative directional indicator (-DI). Dua indikator ini akan melengkapi ADX dengan menyediakan petunjuk ke arah tren.

Petunjuk tersebut dihasilkan dari perhitungan sederhana dari pergerakan arah market. Indikator tersebut mendefinisikan arah pergerakan market dengan membandingkan dua periode tinggi rendah harga saat ini dengan harga periode sebelumnya.

Wilder memberi istilah dengan plus directional movement (+DM) dan minus directional movement (-DM). Arah pergerakan bisa bersifat positif, negatif, atau bahkan 0 (kosong). Satu pergerakan tak akan bisa memiliki dua sifat, misalnya positif dan negatif, atau naik dan turun.

Jadi, jika +DM punya nilai lebih dari 0, bisa dipastikan –DM pasti 0. Sebaliknya, jika –DM bernilai lebih dari 0, maka +DM pasti 0. Arah pergerakan menjadi positif jika titik tinggi saat ini dikurangi titik tinggi sebelumnya sama-sama punya nilai positif dan lebih tinggi nilainya dibanding titik rendah saat ini dikurang titik rendah sebelumnya.

Arah pergerakan negatif didefinisikan dengan cara sama. Bersifat negatif jika titik rendah sebelumnya dikurangi titik rendah saat ini masih dalam kondisi positif dan punya nilai lebih tinggi daripada titik tinggi sebelumnya dikurangi titik tinggi saat ini.

Saat nilai +DMI lebih tinggi dari –DMI, harga akan bergerak naik dan ADX akan menghitung kekuatan tren naik. Jika –DMI di atas +DMI, harga akan bergerak turun dan ADX akan menghitung kekuatan penurunan tren yang terjadi pada market.

Beruntung untuk trader karena saat ini platform trading sekarang sudah dilengkapi dengan indikator ADX sehingga mampu membuat perhitungan secara otomatis. Tapi ada sedikit perbedaan pada indikator ADX sekarang dibanding dengan apa yang disampaikan Wilder.

Indikator ADX saat ini merupakan hasil modifikasi guna menyesuaikan kebutuhan trading yang kian meningkat. Modifikasi tersebut diperlukan sebagai teknik untuk menghaluskan hasil perhitungan agar lebih presisi sehingga tampilan grafis menjadi lebih lembut.

Untuk memakai indikator ADX pada platform trading, cukup geser dan letakkan pada chart yang terbuka. Setelah memilih indikator ADX, akan muncul semacam pengaturan umum. Trader harus memasukkan nilai untuk tiap periode, selain juga bisa mengganti warna garis sesuai kemauan.

Mengukur Kekuatan Tren

Sistem ADX yang dikembangkan Wilder juga mampu menangkap perubahan sentimen yang terjadi pada market dengan menganalisa jarak perubahan harga. Dengan membaca garis ADX, trader bisa mendapat hasil pasti tentang kekuatan tren yang berlangsung dalam market.

Untuk mudahnya, semisal nilai ADX ada di antara 0-25, tren berarti masih lemah. Jika nilai ADX 25-50, tren bisa dikategorikan kuat. Untuk ADX dengan nilai 50-75, tren berarti sangat kuat. Sedang ADX dengan nilai 75-100, berarti kekuatan tren sangat ekstrim.

Mencari Tren dan Range

Seperti yang disebut di bagian sebelumnya, indikator ADX mampu menampilkan pelemahan tren dan periode konsolidasi range. Kondisi range akan terjadi saat ADX di atas 25 jatuh di bawah angka tersebut. Dalam hal ini, trader akan melihat dua garis titik-titik berupa garis biru (+DI) dan garis merah (-DI).

Jika garis +DI di atas garis –DI, market sedang dalam periode tren bullish. Sisi sebaliknya, jika garis –DI di atas garis +DI, berarti market sedang mengalami tren bearish. Secara umum, kekuatan suatu tren akan terefleksikan pada garis ADX yang muncul pada chart.

Wilder juga memberi saran pada trader jika ingin menginterpretasikan informasi market yang dimunculkan ADX. Saat garis ADX naik, berarti market sedang mengalami penguatan tren dan trader harus membuka trading sesuai dengan arah kenaikan garis DI.

Semisal garis biru ada di atas garis merah, ini memberi indikasi kalau tren bullish sedang mendominasi, dan sebaliknya. Lebih lanjut, dengan indikator ADX, trader bisa menghitung kekuatan tren dan arah tren. Tak cuma itu, ADX juga bisa dimanfaatkan sebagai filter untuk suatu strategi trading.

Filter Untuk Strategi Trading Berbeda

Indikator ADX mampu berperan sebagai filter guna meminimalkan risiko salah dan kalah saat membuka trading. Contoh penerapannya seperti berikut. Gunakan time frame harian, indikator ADX (18 dengan garis biru +DI dan garis merah –DI), MACD (3, 10, dan 18), dan pivot point (bulanan).

Ambil posisi beli jika indikator MACD melewati di atas garis 0, garis biru ADX +DI ada di atas garis merah ADX –DI, dan garis hijau terang ADX ada di atas 25 yang mana menandakan adanya tren kuat dan kerbelanjutan jika memungkinkan.

Ambil posisi jual jika indikator MACD melewati di bawah garis 0, garis biru ADX +DI ada di bawah garis merah ADX –DI, dan garis hijau terang ADX ada di atas angka 25 yang mana memberi indikasi tren kuat sehinggan memungkinkan tren keberlanjutan.

Profit target lalu dihitung berdasarkan trailing stop dari indikator pivot point. Maksimal stop-loss yang dipakai yaitu 2% untuk tiap trading yang dibuka, atau prosentase lain yang sekiranya masih bisa diterima. Order stop harus ditempatkan di bawah support pivot point untuk posisi long, atau di atas resistance pivot point untuk posisi short.

Dengan banyaknya data historis yang digunakan, ADX bisa dikelompokkan sebagai indikator lagging. Ini berarti ADX tak mampu memberi indikasi tren atau gambaran market sebelum benar-benar terjadi. ADX sudah tersedia langsung di platform trading, dan menjadi salah satu di antara banyak indikator.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :