Chart trading yang berbentuk grafis bisa terdiri dari timeframe apa saja, seperti waktu, trading, volume, dan harga. Dengan banyaknya variasi timeframe yang tersedia, ini akan memberi kesulitan sendiri, khususnya untuk trader pemula. Muncul pertanyaan, timeframe apa yang bagus untuk trading?

Di antara beragamnya model timeframe, penting untuk memilih satu yang sesuai dengan gaya trading dan sistem trading yang dianut. Dengan menguasai salah satu timeframe, trader bisa dengan mudah memaksimalkan peluang yang ada dalam market dengan kalkulasi yang tak rumit.

Memilih Timeframe Terbaik
Beberapa contoh timeframe yang dijadikan trading. Sumber: forex4live.com

Cara trader pemula memilih timeframe

Banyak trader baru yang menghabiskan waktu lebih dari seminggu bahkan satu bulan dengan mencoba berbagai kemungkinan untuk menemukan satu timeframe yang nantinya membuat trading sangat profit. Berbagai variasi waktu sudah dicoba, dari yang pendek sampai yang panjang sekalipun.

Dimulai dengan chart 30 detik sampai chart bulanan, bahkan kadang mencoba chart timeframe yang tak berdasarkan waktu apapun, seperti pip dan volume. Saat semua timeframe yang dicoba tak berhasil mendatangkan profit, trader kerap menyalahkan timeframe yang tak tepat, meski masih tetap mencobanya lagi karena berpikir ada satu langkah yang mungkin dilupakan.

Saat tak menemukan satu timeframe yang memberi kemungkinan profit, trader langsung merubah sistem trading atau teknik trading secara langsung, lalu mencoba semua timeframe yang ada, dan begitu seterusnya. Alasannya, situasi market kerap berubah, karenanya butuh timeframe yang berbeda.

Memang benar, tiap sistem dan teknik trading hanya cenderung cocok di satu timeframe saja. Atau, tiap market punya satu timeframe yang cocok dengan satu teknik atau sistem trading. Tapi jangan sampai terjebak dalam dunia pencarian timeframe yang tak pernah berakhir.

Memilih Timeframe Terbaik
Contoh timeframe dengan durasi 1 menit. Sumber: forexstrategiesresources.com

Cara trader professional memilih timeframe

Trader professional hanya butuh sekurangnya 30 detik untuk memilih timeframe. Bukan tanpa sebab, jelas karena jam terbangnya lebih tinggi, selain juga sudah kenyang pengalaman. Professional memilih timeframe bukan berdasarkan sistem trading atau tergantung teknik yang dipakai, bukan juga didasari pada pergerakan market, tapi lebih karena karakter tradingnya.

Untuk contohnya, saat trader professional ingin melakukan beberapa trading sekaligus, biasanya akan memakai timeframe pendek. Tapi kalau hanya ingin trading sekali dua kali, trader professional akan memilih timeframe panjang. Tentu ada alasan di balik semua ini.

Sebabnya, trader professional tak mau buang-buang waktu mencari timeframe tertentu karena market forex begitu dinamis. Padahal forex adalah bisnis dengan volatilitas tinggi, jadi market akan selalu bergerak dinamis. Ini berbanding terbalik trader yang mengandalkan statistik saat ingin mulai trading.

Saat sedang menganalisa timeframe tertentu dengan maksud menyesuaikan metode trading yang dianut, chart harga dengan durasi dua menit secara tak langsung harusnya merefleksikan chart harga dengan durasi dua jam. Jika tidak, maka chart harga tersebut tak secara relevan mendefinisikan pola harga secara keseluruhan.

Dengan kata lain, semisal sistem trading atau teknik trading yang dianut tak berhasil dieksekusi dengan baik dalam market, maka tak ada yang salah dengan timeframe yang dipilih. Kesalahan yang terjadi bisa disebabkan teknik atau sistem trading yang diterapkan salah.

Meski begitu, kebanyakan trader professional tak hanya memakai satu jenis timeframe saja. Tak jarang para professional memakai kombinasi antara timeframe jangka pendek dan jangka panjang. Ini masih dipadukan dengan short-trade dan long-trade dalam satu market yang sama.

Memilih Timeframe Terbaik
Sumber: fxssi.com

Tick, volume, dan price

Pada intinya, timeframe yang dipilih tak berdasarkan waktu harus digunakan dengan sistem trading yang sudah dibuat khusus peruntukannya. Contoh mudah, jika trading sistem didesain untuk digunakan pada chart 100 tick (100 trading), maka chart 100 tick harus dipakai, atau tak akan berhasil sama sekali.

Tak ada yang salah jika memakai timeframe yang bukan berdasar pada waktu, dan jika trader memang butuh, maka seharusnya gunakan. Tapi jangan sampai mendasari penerapan timeframe hanya karena tertarik keunggulannya saja, bisa jadi yang didapat justru sebaliknya.

Seharusnya, timeframe jenis apa yang mau dipakai harus didasari pada rencana trading yang sudah dibuat. Tentunya dengan mempertimbangkan karakter trading. Tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memonitor timeframe terus menerus, cukup pilih satu lalu olah.

Saat dengar ungkapan ‘Chart satu menit terlalu volatil’, jangan dengarkan masukan tak jelas seperti ini. Data yang tersaji dalam chart tak akan mengubah tingkat volatilitas dalam market, karena yang bisa merubah yaitu bagaimana cara trader memanfaatkan informasi dari chart ini.

Chart tick mampu menunjukkan banyak informasi karena tiap transaksi disajikan dalam bentuk bar. Berapa banyak transaksi yang ditampilkan bisa diatur, misal 30 tick untuk 30 transaksi, atau 50 tick untuk 50 transaksi. Lalu ada chart satu menit yang menunjukkan bagaimana harga bergerak dalam periode satu menit.

Durasi yang ditampilkan dalam chart bisa diatur, misalnya lima menit. Tapi, chart berdurasi lima menit tak akan lebih volatil dari chart berdurasi satu menit. Sebabnya, bar lima menit sama saja dengan bar satu menit. Hanya saja, chart satu menit akan terlihat lebih menarik karena menunjukkan banyak detil.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :