Forex merupakan market yang paling banyak disesaki partisipan dibanding market finansial lainnya, bahkan jumlahnya semakin naik terus. Tapi seiring banyak partisipan market, trading forex aman sudah menjadi barang langka dalam market.
Alasan kenapa banyak dan lebih banyak trader berdatangan karena tidak ada batasan kapan bisa mulai trading. Hanya diperlukan komputer, internet, dan platform trading, lalu trading sudah bisa dilakukan. Terlepas dari tiga aspek tersebut, masih ada banyak elemen yang harus dipahami trader.
Trading forex aman hanya bisa terjadi jika trader benar-benar siap dengan semua kemungkinan yang ada di market. Itu sebabnya, trader harus membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman yang mumpuni akan kondisi market forex dan ekonomi secara keseluruhan.
Membuka trading memang mudah, tapi ada risiko besar dibalik kemudahan yang diberikan forex. Tak jarang trader merasa terbuai dengan kondisi tersebut, dan hasilnya jelas bahwa trader justru kehilangan modalnya. Ada semacam rasa abai sehingga prinsip trading forex aman dilupakan.
#1. Risiko Sistematis
Risiko trading, biasa disebut dengan risiko tersistematis, merupakan risiko yang bisa terjadi di semua asset market. Berbeda dengan risiko tidak tersistematis yang mana hanya menimpa asset yang spesifik atau bagian tertentu saja, dan sayangnya market forex memakai skema pertama.
Sementara risiko tidak tersistematis bisa direduksi dengan diversifikasi, tidak demikian dengan risiko tersistematis yang mana tidak bisa dikontrol. Sederhananya, risiko trading akan terhubung ke market forex yang kemudian disambungkan ke semua aspek yang bisa memengaruhi rasio nilai tukar.
Sebagai konsekuensi, volatilitas yang biasa dimanfaatkan trader untuk mencari profit dari trading juga bisa memberi kerugian yang sama besar untuk trader jika ternyata market melawan posisi trader. Jadi, profit yang didapat akan sama besar dengan risiko yang bisa diterima trader.
Ada sejumlah faktor yang bisa memicu risiko sistematis muncul di market forex. Inflasi, pertumbuhan ekomoni, dan tingkat penyerapan tenaga kerja merupakan beberapa faktor pemicu risiko sistematis berkembang. Kebijakan bank sentral juga bisa memberi dampak yang sama.
Risiko yang sama juga muncul saat pengumuman laporan keuangan dan ekonomi, selain juga pemilihan kepala negara, konflik politik, bencana alam skala besar, termasuk perubahan kebijakan dan pajak. Jadi jika ingin trading forex aman, trader juga harus paham semua aspek tersebut.
#2. Risiko Leverage
Salah satu keunggulan mutlak market forex dibanding market lain yaitu adanya leverage. Fitur ini biasa disediakan broker guna mendongkrak ROI dari modal trading kecil. Di sisi sebaliknya, leverage juga bisa meningkatkan jumlah kekalahan yang mungkin diterima trader.
Itu sebanya, leverage juga sering disebut dengan pedang bermata dua. Satu sisi bisa membantu trader, tapi di sisi lain juga bisa ‘menghabisi’ trader. Leverage bekerja dengan trading margin yang mana trader bisa terekspos risiko besar meski hanya memakai modal dalam porsi kecil.
Harus diingat, walau broker menawarkan leverage 1:400, bukan berarti trader harus memakai leverage tersebut. Leverage tinggi membawa risiko tinggi, dan itu sebabnya harus dihindari. Yang jadi persoalan, banyak trader pemula kurang paham bagaimana besarnya risiko yang diberikan leverage.
Tak jarang trader pemula justru mengambil leverage sebisa mungkin. Sangat penting untuk memahami bahwa semakin besar rasio leverage yang diambil, trader juga mengambil risiko yang juga besar. Situasi kerap membawa bencana untuk trader, dan sebaiknya dihindari.
Leverage terlalu besar bisa membuat akun forex tersapu jika ternyata market bergerak melawan. Jika ingin menerapkan prinsip trading forex aman, sebaiknya hindari memakai leverage dalam jumlah besar. Kisaran idealnya yaitu antara 1:5 sampai 1:10.
#3. Risiko Likuiditas
Saat market sangat cair, trader akan sangat mudah membuka dan menutup posisi trading sesuai yang diharapkan. Sebabnya, ada banyak pembeli dan penjual dalam market. Market yang cair juga bisa diartikan bahwa perubahan hubungan dalam penawaran dan permintaan dari suatu asset hanya mempunyai efek kecil pada nilai tukarnya.
Meski forex merupakan market yang paling cair di antara market lain, ada juga periode di mana market kurang memiliki likuiditas. Kondisi ini terjadi saat market Amerika dan Eropa sedang tertutup, atau saat bank tidak beroperasi dan pada hari libur.
Ini merupakan risiko lain yang harus dipikirkan trader karena bisa berakibat pada naiknya biaya trading. Bahkan saat trader menghadapi likuiditas rendah, mereka umumnya menaikkan biaya spread. Harus diingat pula bahwa spread merupakan selisih dari harga jual dan harga beli.
Spread merupakan komisi yang harus dibayarkan ke broker sebagai biaya jasa atas layanannya. Naiknya biaya trading hanya akan terjadi jika broker menawarkan spread variable, yang mana perubahannya tergantung pada kondisi market dan trading.
Opsi lain, trader bisa memilih broker yang menawarkan spread tetap, terlebih jika trader merasa kurang yakin bagaimana perilaku pair yang dipilih pada periode tersebut. Jenis spread tetap juga cocok untuk trader yang menerapkan metode scalping saat rilis berita.
Risiko likuiditas juga bisa bergantung pada lebih banyak situasi ekonomi yang tidak bisa diprediksi. Untuk bisa trading forex aman dari risiko likuiditas, trader harus mau melakukan analisa mendalam terkait semua aspek yang terkait forex.
#4. Risiko Broker
Pada market forex, jika ada pihak ke tiga selain trader dan market tak lain tak bukan yaitu broker. Entitas inilah yang bertanggungjawab atas posisi open dan close yang dilakukan trader. Risiko yang muncul di sini yaitu bahwa ada kemungkinan pihak ke tiga ini yang tidak akan membayar profit trading.
Alasannya bisa beragam, baik itu karena broker bangkrut atau karena buruk regulator atau aturan yang dianut. Risiko ini sulit dihitung dibanding risiko sebelumnya karena tiap broker punya aturannya masing-masing, belum lagi jika menimbang regulasi wilayah setempat.
Karena broker merupakan entitas penting yang diperlukan trader agar bisa memulai trading forex, trader berarti harus lebih teliti dalam memilih broker. Sebaiknya pilih broker yang sudah teregulasi oleh regulator setempat dan cari tahu tentang nomor registrasinya.
Dengan broker yang terpercaya, trading forex aman sangat mungkin dilakukan. Broker yang punya regulasi dari badan yang sudah ditunjuk lebih bisa memberi jaminan keamanan sehingga trader bisa lebih percaya diri saat trading, terlebih jika disertai akun trading forex demo.
Tergantung di mana tempat broker berasal, broker tersebut harus bisa menunjukkan lisensi yang dipunyai. Tiap negara punya regulator tersendiri, seperti AMF di Prancis, FCA di Inggris, SEC di Amerika, ASIC di Australia, dan lain sebagainya.
Agar bisa trading forex aman, trader tak hanya harus fokus pada broker yang teregulasi, tapi juga harus menimbang kekuatan finansial dari broker tersebut, termasuk dengan melihat reputasi broker. Dengan memilih broker yang terpercaya, trader bisa mengeliminasi satu risiko buruk yang bisa didapat.