Menyusun strategi trading dengan MACD sebenarnya tak begitu sulit dilakukan, bahkan untuk trader tak punya banyak pengalaman sekalipun. MACD sendiri dikenal sebagai indikator momentum yang cukup populer digunakan trader dengan berbagai latar pengalaman.
MACD merupakan kependekan dari moving average convergence divergence yang mempunyai fungsi utama untuk melihat momentum yang ada di market untuk mengetahui kondisi overbought atau oversold pada market. Dari sini, trader bahkan bisa memakai strategi trading dengan MACD saja.
Cara Kerja MACD
Indikator bekerja dengan cara mengikuti perkembangan tren lalu menangkap tren tersebut lalu menampilkan hubungan antara dua harga moving average (MA). Sampai dengan saat ini, banyak trader yang memanfaatkan indikator MACD untuk tren dan momentumnya.
Tujuan awal indikator ini sebenarnya difungsikan untuk mengembangkan tool yang bisa membantu trader untuk menemukan potensi poin pembalikan saat market sedang mengalami tren kuat, baik atau turun. Karena fungsinya tersebut, MACD diklasifikan sebagai indikator lagging karena data yang digunakan yaitu data hostoris.
Secara umum, jenis indikator lagging bisa diandalkan untuk mengkonfirmasi tren yang sudah berlangsung sehingga agak kesulitan jika digunakan untuk memprediksi tren selanjutnya. Fitur utama dan terpenting yaitu menunjukkan kondisi overbought dan oversold pada market forex.
Dengan cara ini, trader bisa mempelajari tren yang saat ini sedang berlangsung sehingga mampu mencari potensi sinyal terbaik untuk keluar masuk trading. Dengan kemampuannya, beberapa trader bahkan menggunakannya dalam strategi trading dengan MACD semata.
Komponen MACD
Sebagai indikator yang berfungsi untuk melihat kondisi oversold dan overbought pada market, MACD punya tiga komponen penting untuk bisa menjalankan fungsinya. Tiga komponen yang dimaksud yaitu EMA, histogram, dan garis tengah.
EMA sendiri terdiri dari dua EMA, EMA, dan garis. Satu garis disebut sebagai MACD cepat dan dua lainnya berupa MCAD lambat yang akan ditampilkan dalam warna berbeda. Histogram akan menunjukkan kekuatan dan durasi dari tren, sedang garis tengah yang menjadi komponen ketiga akan menampilkan sinyal beli saat terbaca di atas nol dan sinyal jual saat di bawah gari nol.
Satu paket indikator MACD akan dilengkapi dengan indikator harga seperti candlestick, sementara histogram akan ditampilkan di bagian bawah chart utama. Trader juga bisa mengubah setingan indikator sesuai parameter dan strategi trading dengan MACD.
Cara Menggunakan Strategi Trading Dengan MACD
Sebagai salah satu jenis indikator lagging, MACD akan memanfaatkan data harga historis untuk membuat kalkulasi yang nantinya bisa membantu trader membuat trading profit. Indikator momentum secara umum ideal digunakan untuk mengkonfirmasi tren pembalikan harga yang berpeluang terjadi.
Saat ingin menggunakan strategi trading dengan MACD, trader harus menerapkan indikator ini ke dalam chart yang nantinya bisa digunakan untuk mengkonfirmasi sinyal trading yang selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk mencari profit saat market berbalik arah.
Begitu trader sudah mampu mengidentifikasi potensi trading yang ada, trader harus menunggu sampai setup yang diinginkan muncul. Entry point akan muncul saat MACD convergence sudah terkonfirmasi pada chart harian.
Bergantung pada kondisi market, MACD bisa memunculkan dua sinyal berbeda, yaitu convergence dan divergence. Jenis sinyal seperti apa yang dipilih trader, itu akan sangat bergantung pada jenis strategi, termasuk pilihan time frame yang dipakai.
Secara umum, time frame terbaik untuk MACD yaitu chart 4 jam, chart harian, dan mingguan. Semakin tinggi time frame sinyal yang dihasilkan menjadi lebih sedikit, tapi justru lebih bisa diandalkan. Tentunya, ini bisa menjadi cara yang bagus untuk konsisten profit dalam trading.
Setingan MACD Terbaik
Saat menerapkan strategi trading dengan MACD, setingan terbaik dari indikator ini yaitu 12, 26, dan 9. Pada setingan ini, angka 12 merujuk pada exponential moving average (EMA) periode 12, 26 berarti EMA periode 26, dan EMA periode 9 merupakan garis sinyal.
Beberapa trader juga banyak yang memakai setingan berbeda, yaitu 19, 39, dan 9. Setingan ini lebih lambat karena memakai data historis lebih banyak. Baik setingan standar atau setingan kedua, semua punya maksud dan tujuan tersendiri.
Trader yang memakai setingan standar (cepat) akan masuk posisi saat garis tengah mengalami crossover, sementara setingan kedua (lambat) digunakan untuk keluar trading saat garis MACD melewati garis sinyal.
Tingkat Akurasi MACD
Saat menggunakan strategi trading dengan MACD, indikator ini mampu memberi sejumlah keuntungan buat trader. Kendalanya mungkin saat market mengalami range atau sideway sehingga indikator tak bisa menampilkan hasil yang akurat untuk trader.
Dengan indikator MACD, sinyal oversold dan overbought yang dihasilkan tidak sebagus apa yang dipikirkan trader karena indikator hanya membaca poin harga yang dipilih saja. Itu sebabnya, MACD harus digunakan dengan alat teknikal lain untuk memverifikasi sinyal yang dihasilkan.
Kemampuan MACD untuk bisa bekerja sama dengan took teknikal lain juga menjadi keunggulan. MACD divergence tak bisa mengindikasikan adanya pembalikan harga hingga benar-benar akurat, terlebih untuk trader harian yang memerlukan akurasi tingkat tinggi.
Tapi itu bukan berarti MACD menjadi tidak berguna dan kehilangan fungsinya, hanya saja trader harus paham batasan yang dimiliki indikator ini sehingga jangan menggunakannya secara independen. Tapi secara umum MACD tetap menjadi alat teknikal yang bisa diandalkan jika dipadukan dengan time frame tinggi dan indikator lain.
Plus Minus Strategi Trading Dengan MACD
Salah satu keunggulan utama dari indikator MACD yaitu kemampuannya untuk menunjukkan potensi pemnbalikan tren. Sinyal MACD, terutama divergence dan convergence, sangat populer digunakan trader karena terbukti mampu diandalkan untuk melihat kondisi market yang ekstrim.
Jika membuat strategi trading dengan MACD, sangat direkomendasikan untuk memakai time frame tinggi seperti chart harian, mingguan, atau bulanan. Tapi di sisi lain, MACD juga bisa menghasilkan sinyal palsu, dan ini menjadi kelemahan yang paling jelas terlihat.
Sangat mungkin MACD menunjukkan poin pembalikan tren yang sebenarnya tak akan pernah terjadi. Selain itu, divergence juga tak selalu memperlihatkan semua potensi pembalikan yang mungkin terjadi. Sederhananya, indikator akan menebak sejumlah pembalikan yang mungkin tak pernah terjadi.
Persoalan ini sering terjadi pada semua indikator momentum yang memiliki fungsi mengukur kondisi overbought dan oversold, dan beberapa hasilnya bahkan lebih parah. Sangat mungkin trader melihat sinyal pembalikan pada MACD, tapi pair yang dipilih tetap berlanjut dengan tren yang sama.
Kondisi tersebut bisa membuat trading dipaksa keluar oleh market sebelum poin pembalikan yang asli akan terjadi. Dengan melihat kekurangan ini, trader yang memakai strategi trading dengan MACD lebih disarankan untuk memeriksa ulang sinyal dari MACD dengan indikator teknikal lain.
Akan lebih baik jika indikator lain yang digunakan bukan sesama indikator momentum. Trader bisa memadukan dengan Fibonacci retracement, pivot point, atau MA dengan periode 100-200. Dengan begitu, strategi trading dengan MACD bisa memberi hasil yang lebih baik.