Kebanyakan analisa teknikal hanya dilakukan dengan melakukan pengamatan sekilas pada chart, yang pada akhirnya sering memunculkan kekurangan, terutama pada aspek konsistensi. Memang benar, tak sulit untuk memahami chart dan melihat periode mana yang punya volatilitas tinggi.
Tapi market forex bergerak lebih dinamis, dan pergerakan harga kadang terjadi lebih rapat dibanding periode lainnya. Pertanyaan besarnya, pendekatan kualitatif seperti apa apa yang harus diambil trader untuk menangkap volatilitas yang terjadi di market?
Saat ingin mencoba menghitung volatilitas market dalam bentuk numerik, cara tercepat yaitu dengan mengamati kisaran pergerakan harga yang terjadi di market. Dalam hal ini, berapa banyak market bergerak dalam satu rentang periode waktu yang dipilih.
Cara Kerja Indikator ATR
Volatilitas market bisa menjadi penentu seberapa banyak profit yang bisa didapat dari trading. Satu cara yang bisa memberi hasil pasti untuk menghitung volatilitas yaitu dengan melihat perbedaan harga tertinggi dan terendah dalam satu time frame. Sederhana, tapi tak selalu seperti demikian.
Satu di antara alat analisa teknikal untuk mengukur volatilitas market yang banyak diketahui yaitu buatan J. Welles Wilder. Dalam buku karangannya, Wilder banyak mengenalkan alat analisa teknikal modern, salah satunya yaitu penggunaan indikator teknikal.
Dalam buku yang sama, Wilder juga memperkenalkan sejumlah indikator teknikal buatannya. Antara lain seperti relative strength index (RSI), average directional index (ADI), parabolic SAR (PSAR), juga average true range (ATR). Dari sekian indikator, hanya ART yang dibuat khusus untuk mengukur volatilitas.
Wilder mengembangkan berbagai indikator sebenarnya untuk digunakan dalam market komoditas. Ide awalnya yaitu bahwa dengan melihat kisaran harga harian merupakan langkah terlalu mudah untuk menghitung volatilitas. Ini karena frekuensi naik turun komoditas tak terhitung banyaknya.
Selain itu, hanya dengan melihat harga harian, selisih harga penutupan dan harga pembukaan menjadi tak terlihat. Ini berarti, untuk mendapat refleksi terkait volatilitas market yang sebenarnya, diperlukan pengamatan pergerakan harga penutupan hari kemarin, termasuk dengan harga tertinggi dan terendah.
Dengan menimbang kondisi tersebut, Wilder menyadari bahwa untuk mencari kisaran harga sebenarnya harus memenuhi tiga unsur. Antara lain yaitu jarak antara harga tertinggi dan terendah saat ini, jarak antara harga penutupan sebelumnya dengan harga tertinggi saat ini, dan jarak antara harga penutupan sebelumnya dengan harga terendah saat ini.
Wilder lalu mengambil nilai rata-rata dari beberapa hari agar bisa mewakili volatilitas sebenarnya. Dari sini kemudian nama average true range (ATR) kemudian dipilih. ATR periode saat ini kemudian dihitung berdasarkan periode N. Lalu apa yang dimaksud dengan periode N?
Semisal menghitung rata-rata periode dengan jumlah hari lebih banyak, trader berarti menggunakan indikator volatilitas lebih lambat. Jika menggunakan jumlah hari lebih sedkit, trader berarti memakai indikator volatilitas cepat. Wilder merekomendasikan untuk memakai 7 atau 14 hari agar mendapat performa maksimal dari indikator ATR, meski ini juga tergantung pada sistem trading yang dipakai.
Pada platform trading, periode 14 hari merupakan setingan default, dan trader tak perlu khawatir dengan metode perhitungan apapun terkait ATR karena platform trading yang akan melakukannya. Cukup install indikator ATR lalu tinggal jalankan.
Indikator ATR Dalam Platform Trading
ATR merupakan indikator bawaan yang sudah termuat dalam satu paket lengkap bersama indikator lain. Indikator ATR akan terpasang otomatis begitu menginstal platform trading. Karenanya, trader tak perlu menginstal indikator ATR secara terpisah.
Selain ATR, platform trading juga menyediakan banyak indikator lain yang ditempatkan pada folder ‘indicator’ yang bisa diakses dari ‘navigator’. Saat pertama memakai indikator ATR, satu-satunya parameter yang perlu dipertimbangkan yaitu periode ATR yang ingin digunakan.
Ini merupakan jumlah periode yang ingin dihitung secara rata-rata. Nilai default periode tersebut yaitu 14, tapi terbuka kemungkinan bagi trader untuk merubah sesuai strategi. Setelah mengklik ‘ok’, akan muncul grafik yang menampilkan nilai ATR di bawah chart utama. Dengan menempatkan kursor (tanpa mengklik) di atas garis chart, akan muncul nilai ATR sebenarnya dari poin tertentu di waktu tersebut.
Menggunakan Indikator ATR Dalam Trading
Wilder menyarankan agar indikator ATR dijadikan sebagai sistem inti dalam strategi trading yang fokus pada tren. Aturannya yaitu trader harus membuka trading searah tren, misalnya hanya membeli saat market saat membuat titik tertinggi baru tiap hari.
Aturan dari sistem trading dengan indikator ATR sebenarnya sangat mudah diikuti, begitu untuk melihat penempatan posisi stop dan pembalikan harga yang mungkin saja terjadi. Pertama trader harus mengalikan dengan konstanta, dan Wilder merekomendasikan 3.0 sebagai konstanta dan menyebut nilai yang dihasilkan sebagai ARC.
Trader selanjutnya harus mencari harga penutupan signifikan (SIC), yang merupakan harga penutupan ekstrim untuk periode sebelumnya. Terakhir kuadratkan posisi ARC dari SIC. Aturan ini didesain untuk digunakan dengan nilai harian, dan periode diatur menjadi 7 guna menghadirkan reaksi cepat dalam membaca voalitilitas.
Pada penerapan lebih luas, trader bisa memanfaatkan ATR sebagai panduan masuk market guna melihat pergerakan harga. Sebagai contoh, jika market bergerak lebih tinggi, ini mengindikasikan terjadinya arus kuat sehingga tekanan membeli akan berlanjut bertambah kuat dan range harga melebar.
Semisal range harga menciut, banyak menginterpretasikan kondisi umum bahwa sedang terjadi penolakan sehingga arah pergerakan menjadi lebih sempit. Karena ATR mampu menangkan volatilitas yang ada dalam market, trader juga bisa memanfaatkan ATR sebagai panduan untuk menempatkan order limit dan order stop, juga dengan position sizing.
Pemanfaatan seperti ini lebih banyak digunakan, alih-alih dipakai untuk mencari sinyal trading. Grup Turtle, yang terkenal di tahun 1980-an karena sukses besar lewat trading meski berlatih beberapa minggu saja, memanfaatkan indikator ATR untuk position sizing.
Mereka memakai ATR untuk menormalkan volatilitas dolar dari position sizing yang digunakan. Aturan yang trading yang mereka anut didasarkan sepenuhnya pada pergerakan harga, bukan pada volatilitas market. Meski tetap memakai indikator ATR sebagai salah satu sistemnya.
Tapi jika menengok ke belakang lagi, indikator ATR memang didesain untuk komoditas, meski jika melihat hari ini indikator ATR lebih banyak dimanfaatkan dalam forex dan saham. Kelompok Turtle yang disebut sebelumnya juga membuka trading untuk berbagai komoditas selain forex.
ATR pada prosesnya digunakan untuk mencari position sizing yang pas, dan ATR forex sizing bekerja baik layaknya ATR commodity sizing karena volatilitas merupakan konsep universal yang ada di tiap market. Tapi karena ATR tak mengukur arah pergerakan dan hanya melihat range pergerakan harga, tentu saja indikator ini masih punya kekurangan, terutama saat dimanfaatkan untuk mencari sinyal.
Walau demikian, indikator ATR tetap merupakan alat teknikal yang mampu menyediakan ide tentang bagaimana market akan bergerak pada poin berikutnya. Inilah informasi yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menambah pertimbangan rencana trading, terkhusus dalam hal position sizing dan penempatan order stop.