Hasil Proyeksi : Emmanuel Macron Memenangkan Pemilu Prancis dengan 65% Suara
Highlight :
- Emmanuel Macron terpilih sebagai Presiden Prancis dengan perolehan suara sebanyak 65%.
- Terdapat diskusi antara Macron dan PM Inggris, Theresa May, perihal Brexit.
- Macron belum memiliki pengaruh yang kuat dalam kondisi parlemen Prancis saat ini; dan karenanya belum ada jaminan kebijakan yang dikeluarkan Macron akan disetujui Parlemen Prancis.
- 1 bulan kedepan, pemilu parlemen Prancis akan diadakan, yang juga deadline bagi Macron untuk menggalang dukungan dalam parlemen Prancis.
- Prancis masih menghadapi problematika ekonomi yang krusial; terutama atas pertumbuhan ekonomi dan produk domestik bruto, serta angka pengangguran yang tinggi.
Emmanuel Macron terpilih menjadi Presiden Termuda dari Prancis sejak jaman Napoleon setelah mengalahkan Marine Le Pen, rival dari sayap kiri, dengan hasil yang telak. Macron merupakan calon presiden Prancis yang medirikan gerakan – En Marche! – setahun yang lalu. Macron juga merupakan mantan banker dari Rothschild yang juga pernah menjabat sebagai menteri perekonomian Prancis. Kemenangan Emmanuel Macron ini akan menimbulkan dampak yang besar bagi kelanjutan kasus Brexit dan kondisi uni-eropa kedepannya.
Hasil proyeksi perolehan suara yang dirilis oleh Departemen Dalam Negeri Prancis menunjukkan bahwa calon presiden berumur 39 tahun, Macron, mendapatkan hampir dua per tiga suara dari proses pemilihan presiden Prancis. Hasil tersebut mengindikasikan jalan yang terbuka bagi calon yang pro-uni-eropa dan baru berkecimpung dalam dunia politik 3 tahun yang lalu ini.
Dalam salah satu pernyataannya, Macron mengatakan : “Saya akan melindungi Eropa (uni-eropa, red); dimana peradaban kita yang menjadi taruhannya. Saya akan bekerja untuk membangun kembali ikatan antara Eropa dan penduduknya.” Beliau juga mengatakan bahwa Prancis berhadapan dengan “Hal yang mendesak” untuk membangun persatuan di benua Eropa, memperbaiki kondisi perekonomian, dan menjamin keamanan penduduk dari ancaman ekstremis / teroris.
Brexit : Theresa May dan Emmanuel Macron
Emmanuel Macron diperkirakan akan menjadi lawan negosiasi yang alot bagi Inggris dalam kasus Brexit, yang ditunjukkan dengan salah satu pernyataannya dalam kampanye bahwa negosiasi Brexit akan berjalan alot dan bahwa Inggris akan mendapatkan beragam kerugian dan mandat-mandat yang harus dilaksanakan setelah meninggalkan Uni-Eropa.
Hasil ini (kemenangan Macron, red) disambut baik oleh Crispin Blunt, yang merupakan salah satu anggota Departemen luar negeri Prancis, dalam salah satu pernyataanya : “Kami tidak mau bernegosiasi dengan uni-eropa dalam krisis eksistensial yang menderanya saat ini – yang mana merupakan hal yang akan dilakukan Le Pen apabila beliau terpilih.”
Selepas kemenangan Macron, beliau mendapatkan banyak ucapan dari para pemimpin dunia, tidak terkecuali dari Theresa May, Perdana Menteri Inggris. Selain ucapan selamat, Theresa May sempat berdiskusi dengan Macron dalam panggilan teleponnya perihal Brexit. Dalam diskusi tersebut, PM Inggris menyatakan dengan jelas keinginan Inggris untuk dapat mewujudkan kerjasama yang solid dengan Prancis selepas negosiasi Brexit.
“Prancis merupakan salah satu sekutu terdekat Inggris dan kami berharap dapat bekerjasama dengan Presiden terpilih (Macron, red) dalam sektor dan skala prioritas yang luas,” ujar PM Inggris dalam salah satu pernyataannya.
Dampak dalam pair EURUSD & GBPUSD
Kondisi Umum Perekonomian Prancis
Terlepas dari ancaman keluarnya Prancis dari Uni-eropa apabila Marine Le Pen terpilih menjadi presiden, Prancis ternyata masih menghadapi permasalahan ekonomi yang krusial. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di benua Eropa ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat selama beberapa tahun terakhir; ditambah dengan angka pengangguran yang tinggi serta defisit dalam budget negara. Sementara itu, negara tetangga Prancis, seperti Jerman dan Inggris telah mengalami perbaikan ekonomi semenjak krisit finansial global.
Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, angka Produk domestik bruto Prancis akhirnya mengalami peningkatan di tahun 2015-2016, walaupun angka tersebut tetap berada pada level yang rendah.
Berdasarkan data yang dihimpun dari IMF, perekonomian Prancis bertumbuh sebesar 1.2% di tahun 2016; sementara dua kekuatan ekonomi lainnya di Eropa – Jerman dan Inggris – mencatatkan pertumbuhan sebesar 1.8% dalam periode yang sama. IMF memperkirakan pertumbuhan Prancis di tahun 2017 hanya sebesar 1.4%, salah satu yang terlemah di dalam keanggotaan Uni-Eropa.
Prancis juga berjuang menanggulangi angka pengangguran yang saat ini berkisar di level 10%. Angka tersebut lebih tinggi daripada rata-rata jumlah pengangguran dalam Eurozone, dan lebih dari dua kali lipat level pengangguran dari negara Jerman dan Inggris. Permasalahan pengangguran di Prancis bahkan lebih parah bagi para pemuda Prancis, dimana 24% diantaranya (dalam rentang usia 15-24 tahun) tidak memiliki pekerjaan. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada negara Jerman dan Inggris, dalam rentangan usia yang sama.
Selain itu, Utang negara juga mengalami peningkatan signifikan. Utang negara Prancis melonjak hingga hampir sebesar 90% dari jumlah produk domestik bruto-nya, jauh dari kondisi satu dekade terdahulu, dimana utang negara Prancis hanya berkisar di level 58% dari jumlah produk domestik bruto-nya.
Faktor Ketidakpastian dalam Pengambilan Kebijakan oleh Emmanuel Macron
Macron memiliki rintangan yang tinggi untuk membuktikan dirinya dapat menanggulangi permasalahan ekonomi Prancis yang berat dengan mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi serta menambah jumlah lapangan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meloloskan kebijakan-kebijakan dari parlemen Prancis. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat partai pengusung Macron, merupakan minoritas dalam parlemen Prancis.
Apabila Macron tidak dapat mengubah kondisi tersebut dalam satu bulan kedepan, bersamaan dengan pemilihan umum parlemen Prancis, maka Macron tidak dapat merubah kondisi Prancis yang terpuruk dalam waktu dekat.
Dan apabila Macron mampu meraih suara mayoritas dalam parlemen Prancis melalui perwakilan dan partai pendukungnya, Macron akan berada dalam posisi yang kuat untuk dapat bekerjasama dengan Jerman dan negara Uni-Eropa lainnya untuk mempercepat perbaikan kondisi Uni-Eropa.
Dalam salah satu pernyataanya, Marion Amiot, salah satu analis ekonomi untuk Oxford Economics mengatakan : “Dengan berusaha mewujudkan kondisi Uni-Eropa yang lebih kuat, serta kebangkitan akan hubungan Prancis-Jerman, Macron akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi Eurozone dan proses integrasi Eropa.”
Kesimpulan
Selain kenyataan bahwa Macron merupakan pemain baru dalam politik Prancis, dan karenanya belum memiliki koneksi yang kuat untuk mempertahankan dan/atau memperluas pengaruhnya dalam dunia politik Prancis, Kondisi-kondisi tersebut diatas adalah salah satu penyebab atas melemahnya pergerakan EUR/USD dan GBP/USD yang semestinya bergerak bullish selepas kemenangan Macron atas Marine Le Pen.
Dalam salah satu survey yang dilakukan oleh Reuters, menyatakan bahwa kedua calon Presiden tersebut merupakan calon yang tidak ideal bagi perkembangan Prancis kedepannya. Sehingga kondisi Prancis kedepannya masih dirundung dalam ketidakpastian. Dan seperti yang diketahui bersama, faktor ketidakpastian merupakan faktor yang paling tidak disukai para investor.