Jika boleh jujur, ternyata banyak trader yang menghitung profit (juga kalah) dengan cara yang kurang tepat, tapi itu bukan salah mereka. Cara berpikir konvensional dan informasi yang beredar luas bukan merupakan cara yang digunakan trader professional untuk menghitung profit.
Ini juga termasuk menghitung performa trading dan mengelola risiko yang ada. Padahal menghitung performa dan risiko merupakan komponen penting dalam trading. Ibaratnya, jika menghitung profit dan risiko saja belum bisa, bagaimana trader berharap bisa mendapat untung?
Tergantung gaya trading yang dianut, cara menghitung profit dan risiko akan berbeda untuk tiap jenis, meski tak terlalu signifikan bedanya. Terkhusus untuk trader swing, ada satu cara menghitung profit yang jelas-jelas lebih logis dan sederhana dibanding metode lain.
Cara Menghitung Profit Paling Umum
#1. Metode 2%
Trader mengambil prosesntase dari akun forex sebagai risiko per trading (umumnya 1%-2%) dan tetap berpegang pada prosentase tersebut tak peduli apa yang terjadi. Ide dasarnya adalah, saat trader menang, mereka bisa meningkatkan position sizing secara bertahap sesuai peningkatan nilai akun.
Tapi jika dengan berbagai alasan trader kalah trading misalnya, mereka harus mengambil trading dengan position sizing yang lebih lagi sesuai aturan 2% (sebagai risiko kalah), sehingga membuat sulit kembali untuk sampai ke jumlah semula (modal di akun forex).
#2. Menghitung pip atau poin
Trader hanya fokus pada pip atau poin yang ingin didapat atau yang dihilangkan per trading. Tapi beberapa trader menganggap metode ini justru sedikit aneh, bahkan ada yang tak memakai sama sekali. Trading adalah permainan untuk memenangkan atau menghilangkan uang, bukan poin atau pip.
Dengan fokus ke pip, katanya, trader bisa meningkatkan performa trading karena tak harus selalu memikirkan uang, di poin inilah metode ini dianggap aneh. Bagaimanapun juga, trader pasti selalu memikirkan uang, tak peduli apa yang terjadi pada market atau hal lain.
Hanya dengan mengontrol risiko per trading secara layak trader bisa mengontrol emosi trading, dan itu berarti trader harus paham berapa risiko yang diberikan untuk tiap trading yang dibuka. Walau demikian, demi pengembangan karir ke depan, tak ada salahnya mengetahui metode ini.
#3. Rasio profit dan risiko (reward & risk)
Trader harus menentukan berapa banyak uang yang ‘diikhlaskan’ untuk hilang jika kalah trading, dan memberi risiko dengan jumlah yang sama di tiap trading hingga mereka memutuskan merubah besaran rasio. Jumlah uang yang direlakan hilang dalam tiap trading kemudian disebut risiko.
Profit biasanya dihitung beberapa kali dari nilai risiko yang dialokasikan. Memang benar, masih ada banyak kekurangan dari metode ini. Tapi justru kekurangan ini merupakan bagian penting yang bisa membedakan pemenang dan yang kalah, terutama dalam memanfaatkan kekurangan ini.
Ukuran Bukan Sesuatu yang Penting
Merencanakan risiko per trading harus melalui pemikiran mendalam dan harus didasari pertimbangan personal terkait kondisi market dan akun. Sebagai contoh, trader A memberi risiko 2% dari USD 5000 dari semua semua yang dimiliki (simpanan, gaji, dll) akan berbeda dari trader B yang memberi risiko 2% dari USD 5000 dari akun forexnya.
Tapi pertanyaan akan menjadi sulit kalau, kenapa dua trader berbeda yang memberi risiko dengan prosentase sama besar bisa menjadi masuk akal dan tidak masuk akal? Sebenarnya, aturan 2% hanya didesain untuk mempermudah perhitungan bagi rata-rata kebanyakan trader pemula.
Tapi seperti yang sudah disebutkan di bagian sebelumnya, risiko 2% akan menyebabkan trader kehilangan uang secara perlahan. Untuk trader dengan kemampuan tinggi, aturan 2% justru bisa menjadi semacam hukuman karena bisa saja memotong hingga ribuan dolar.
Menjadi masuk akal juga karena tiap trader bisa menanggapi risiko berbeda dan situasi personal berbeda sehingga memberi batasan risiko berbeda yang menurut mereka nyaman untuk membuka trading. Dengan demikian, aturan 2% juga memudahkan juga agak membingungkan.
Aturan tersebut bisa saja masuk akal untuk sebagian trader, dan sebagian lain tidak, karena situasi unik terkait kondisi finansial yang dialami masing-masing. Juga, dalam forex, ukuran akun juga masih bisa diperdebatkan karena itu hanya akun margin, yang berarti ada karena dibutuhkan untuk menjaga deposit jika ingin mengambil leverage.
Untuk trader yang bisa memahami fakta tersebut, mereka pasti tak menempatkan semua uang yang dimiliki ke dalam akun forex karena memang tak dibutuhkan, selain juga tidak aman jika menempatkan uang di tempat lain selain bank.
Jumlah nominal yang dimasukkan dalam akun trading yang seharusnya tak perlu setidaknya memberi gambaran tentang seberapa banyak uang yang ingin digunakan untuk trading, dan tidak mewakili kondisi finansial secara keseluruhan yang dipunyai.
Tapi dalam saham, trader butuh lebih banyak modal dalam deposit karena hanya ada sedikit leverage di bisnis saham. Misalnya, jika ingin mengontrol saham senilai USD 100 ribu, trader setidaknya harus punya USD 100 ribu tersisa di dalam akun.
Berbeda jauh dalam forex, di mana leverage bisa meningkatkan ukuran trading menjadi lebih besar. Itu berarti, jika trader ingin mengontrol mata uang senilai USD 100 ribu, hanya dengan mengambil 1 lot standar, trader hanya perlu modal USD 5000 saja.
Berapa Banyak Risiko yang Harus Diambil Per Trading?
Tapi bagaimana caranya mengetahui risiko per trading yang ideal? Jawaban sebenarnya tak terlalu kompleks dari apa yang banyak dipikirkan. Menentukan besaran risiko dalam dolar bisa memberi rasa nyaman pada trader karena mereka paham berapa jumlah nominal yang harus dikorbankan.
Jika sudah menentukan nominal untuk tiap trading, tetaplah berpegang pada jumlah tersebut sampai trading memberi hasil dua tiga kali lipat. Tapi jumlah tersebut harus memenuhi beberapa syarat, terutama yang berkaitan dengan kondisi psikis.
Jadi, saat mengalokasikan risiko tersebut, trader harus merasa nyaman dan tak khawatir dengan trading lalu memeriksa tiap waktu dari berbagai perangkat. Saat memberi risiko tersebut, trader tak harus selalu terpaku pada layar komputer dan menjadi emosional di setiap tick karena market melawan.
Saat mengambil dengan jumlah tersebut, trader harus tetap nyaman meski kalah trading berurutan hingga 10 kali tanpa harus merasa sakit secara emosional atau finansial. Terakhir, saat memberi risiko tersebut, trader tak akan merasa terkejut dengan hasil apapun yang didapat.
Harus diingat bahwa tak satu trader pun yang bisa mengetahui kapan kalah datang dan kapan menang datang. Jadi sangat tidak bijak jika memberi risiko tinggi untuk tiap trading yang akan dibuka hanya karena merasa percaya diri pada perhitungan yang sudah dibuat.
Jika ternyata jumlah risiko yang diambil membuat trader gusar dan membuat susah tidur di malam hari, itu berarti trader mengambil risiko terlalu banyak. Sebaiknya jangan lakukan ini. Selalu ingat, trader pro mengambil risiko trading bukan karena berani, tapi karena sudah melalui perhitungan matang dari profit dan rugi.