Manajemen risiko dalam trading merupakan topik yang mudah jadi perdebatan. Di satu sisi, trader pasti ingin mengurangi potensi kerugian trading, tapi di sisi lain trader ingin dapat profit besar dengan memberi risiko lebih besar. Bukan rahasia lagi, untuk dapat profit besar harus berani ambil risiko besar.
Dari sini perdebatan mulai muncul tentang bagaimana manajemen risiko yang tepat itu. Ada banyak diskusi tentang manajemen risiko trading forex, meski tak semua jelas seperti apa alurnya. Meski begitu, penting untuk memahami manajemen risiko untuk menghindari kalah.
Apa itu risiko forex?
Dengan transaksi harian mencapai 1,4 miliar dolar tiap hari, forex menjadi market finansial terbesar di dunia. Risiko trading forex mudahnya adalah potensi kerugian yang bisa muncul akibat hasil pertukaran transaksi. Baik trader individu atau grup, semua punya risiko yang sama.
Untuk meminimalkan potensi rugi, tiap trader perlu menerapkan manajemen risiko, juga strategi yang tepat. Saat ini aktivitas trading forex semakin meningkat, tapi kebanyakan trader tak bisa mengambil profit sesuai apa yang diharapkan. Beberapa bahkan gagal sama sekali meski baru mulai trading.
Faktnya, hanya ada sedikit trader yang bisa memenuhi target dan bahkan melebihi target. Market forex selalu berubah dinamis, dan ini memberi risiko besar untuk para trader supaya cepat kehilangan uang. Itu sebabnya, penting untuk memahami risiko apa yang mengintai dalam tiap trading.
Kesalahan umum manajemen risiko
Salah satu aturan fundamental tentang manajemen risiko dalam market forex yaitu bahwa trader tak boleh memberi risiko lebih besar dari yang bisa dibayarkan. Memang benar, kesalahan adalah hal biasa yang sering menimpa trader, apalagi untuk trader yang baru mulai karir di bidang forex.
Market forex sangat tak bisa diprediksi perkembangannya, jadi trader harus mau menempatkan diri pada situasi di mana kekalahan selalu mengintai. Inilah yang membuat trader begitu rentan dengan risiko forex. Mudah saja, karena market forex sangat rentan perngaruh dari kondisi di luar.
Bahkan hanya selembar berita ekonomi saja sudah cukup membuat market forex goyah, dan berimbas langsung ke mata uang, entah ke posisi negatif atau positif. Alih-alih, menaruh semua modal dalam satu trading, akan lebh bagus jika membagi dalam beberapa trading.
Manajemen emosi
Tiap trader harus punya kemampuan untuk mengontrol emosi, terkhusus saat trading berlangsung. Jika trader tak bisa mengontrol emosi, hasilnya trader tak akan bisa mencapai posisi seperti yang ditargetkan di awal rencana trading. Target profit yang dicanangkan tak akan pernah tercapai.
Sentiman market kerap membuat trader terjebak, terutama saat market dalam kondisi volatilitas tinggi. Ini merupakan risiko trading yang sering dijumpai trader. Jadi, trader yang punya sifat keras kepala bawaan dari lahir, kemungkinan besar tak akan bisa sukses dalam berkarir di forex.
Trader jenis ini kerap punya tendensi menunggu terlalu lama untuk keluar dari posisi trading. Jika sadar kesalahannya, trader harusnya cepat keluar dari market dan ambil risiko sekecil mungkin. Menunggu terlalu lama bisa menyebabkan kehilangan profit, bahkan modal hilang.
Meningkatkan manajemen risiko
Untungnya, ada beberapa metode yang tersedia untuk membantu trader forex menghindari kesalahan dan rugi. Paling utama, trader harus menguji coba rencana trading termasuk detil manajemen risiko yang akan dipakai. Rencana trading harus dibuat sepraktis mungkin dan mudah diikuti tiap langkah.
Beberapa trader handal merekomendasikan untuk fokus pada trading dengan probabilitas tinggi. Trading forex merupakan industri dengan risiko tinggi, sehingga sikap disiplin sangat diperlukan semua pelaku forex. Trader juga harus mampu mengenali kesalahannya dan mengakuinya.
Evaluasi berkala juga harus diambil, dengan maksud untuk menilai apakah strategi dan skema yang dipakai selama ini sudah tepat atau belum. Baik waktu dan usaha yang habis untuk membuat rencana trading bisa dipertimbangkan sebagai investasi tersendiri supaya profit dalam trading selanjutnya.
Manajemen risiko untuk trader harian
Untuk trader dengan frekuensi trading harian tinggi, satu hal yang harus dihitung tentang manajemen risiko yaitu menghitung korelasi tiap trading. Dalam saham, ada istilah beta yang menunjukkan tingkat ekspektasi pergerakan pada saham untuk berubah sesuai prediksi.
Tak ada istilah beta dalam forex, tapi korelasi. Maksudnya, korelasi akan menunjukkan bagaimana pergerakan suatu mata uang akan berpengaruh ke mata uang yang lain. Contoh, saat trading dua pasang mata uang yang berkaitan, EUR/USD dan AUD/JPY misalnya, trader pasti berharap dua mata uang ini punya kesamaan tren.
Dengan kata lain, saat EUR/USD turun, trader akan berekspektasi kalau AUD/JPY akan mengalami tren menurun juga. Tapi bagaimana korelasi bisa membantu mengetahui tingkat risiko? Semua trader pasti sudah tahu kalau risiko dipicu oleh margin (jarak atau selisih).
Itu sebabnya, trader harus mengambil trading mata uang yang tak punya korelasi kuat, entah ke arah positif atau negatif. Sebabnya, trader hanya akan menyia-nyiakan margin pasangan uang karena hasil yang didapat tetap sama. Padahal korelasi mata uang akan selalu berubah di berbagai timeframe.