Respon yang paling sering dihadapi trader yaitu takut. Masalahnya, ketakutan bisa menjatuhkan mental trader yang selanjutnya dapat menciptakan kekacauan pengambilan keputusan trading. Trader tak akan bisa merubah sikap ini, tapi dengan pendekatan yang tepat, sikap kurang baik ini dapat dikelola.

Secara alami, otak akan memilih opsi paling aman untuk memastikan tetap survive. Dalam situasi trading yang terlihat akan mengalami kekalahan, insting mengatakan untuk segera menutup posisi sehingga kekalahan bisa diminimalisir. Meski di satu sisi berarti akan mengabaikan strategi yang dibuat.

Memahami peran psikologi dalam trading akan membantu trader menghindari ketakutan saat ingin mengambil keputusan. Waspada kapan ketakutan muncul dapat memberi kekuatan lebih sehingga kontrol atas logika dan alasan terjaga. Setidaknya ada empat bias dalam proses membuat keputusan.

#1. Overconfidence Bias

Contoh: ‘Market akan bergerak sesuai prediksi’.

Pelajaran pertama tentang psikologi trading yaitu hati-hati dengan euforia trading. Manusia secara alami hanya fokus pada diri sendiri. Ego yang muncul akan tervalidasi dengan membuktikan bahwa kita paham dengan apa yang kita lakukan, dan kita merasa lebih baik dari yang lain.

Tiap capaian yang didapat hanya akan makin menegaskan pemikirian superior. Padahal inilah faktor utama yang menyebabkan sikap overconfidence bias muncul. Hampir tak mungkin seorang trader bisa menang berturut-turut dan percaya tak akan melakukan satu kesalahan trading di masa depan.

Bukan langkah bijak mempercayai ini, dan kemungkinan hanya akan berakhir dengan kegagalan. Selalu pastikan untuk menganalisa sesi trading lalu amati tiap menang dan kalah secara detil. Hanya ini satu-satunya langkah yang akan membuat trader tetap berada di atas.

Biarkan kesalahan terjadi sewaktu-waktu, dan jangan takut membuat salah dan berani mengakui salah jika memang melakukan. Berdamai dengan kesalahan akan membuat posisi menjadi lebih baik untuk jangka panjang, dan bahwa kesalahan tak akan pernah bisa dihindari sampai kapanpun.

#2. Anchoring Bias

Contoh: ‘Ini kemungkinan arahnya naik’.

Yang satu ini tentang mental mencari zona aman yang dibuat trader saat melakukan analisa market. Ide utamanya yaitu dengan memprediksi bahwa pergerakan masa depan akan sama dengan pergerakan harga di masa lalu. Alasannya hanya didasarkan pada kemiripan pola dengan data sebelumnya.

Tapi selayaknya bias dalam psikologi trading, situasi ini merupakan pinjaman dari bidang sosial budaya, yang berarti ‘sejarah akan berulang’. Anchoring bias merupakan tendensi untuk menggantungkan pada apa yang sudah diketahui sebagai referensi membuat keputusan di masa selanjutnya, alih-alih mempertimbangkan situasi terbaru dan perubahan yang mungkin terjadi.

Terkadang anchoring bias menyebabkan trader bergantung pada informasi yang tak lagi relevan, yang mana tak akan membantu trading untuk sukses sama sekali. Pada praktiknya, situasi ini akan membuat trader menahan diri dalam market terlalu lama sehingga kehilangan posisi.

Sebabnya, trader gagal untuk menimbang opsi di luar zona aman. Padahal trader seharusnya tak takut mencoba hal baru dalam dunia trading, termasuk saat mencoba strategi baru. Dengan mendekatkan diri pada pengetahuan dan strategi yang usang, ini hanya meningkatkan peluang kalah lebih besar.

#3. Confirmation Bias

Contoh: ‘Terbukti, arah prediksi benar’.

Confirmation bias termasuk satu faktor yang sering menimpa trader professional. Mencari informasi dengan untuk mendukung keputusan trading, meski itu bukan keputusan terbaik, merupakan cara termudah untuk menyeimbangkan antara strategi dan eksekusi.

Masalahnya adalah, dengan melakukan ini trader sebenarnya tak memperbaiki metode trading, justru hanya mengulang kesalahan trading yang pernah dilakukan sebelumnya. Sayangnya, ini bisa membuat lingkaran psikologi trading forex baru yang bakal susah dihentikan.

Skenario terbaik dalam confirmation bias yaitu trader hanya waktu sedikit untuk melakukan riset sederhana tentang apa yang akan terjadi. Sedang skenario terburuk yaitu trader tak hanya kehilangan waktu berharga, tapi juga motivasi dan modal trading.

Trader harus belajar mempercayai diri, dan bangga saat menggunakan pemikirannya sendiri untuk mengembangkan strategi yang paling menguntungkan. Kemudian mampu mengeksekusi strategi tanpa ada keraguan atau takut kalah.

#4. Loss Bias

Contoh: ‘Semoga harga akan kembali naik’.

Bias ini terjadi karena teori tentang prospek. Manusia punya cara unik untuk mengevaluasi kekalahan dan kemenangan, termasuk dengan perbandingan makna yang menyertainya. Satu contoh, saat menimbang beberapa opsi sebelum mengambil keputusan, ada kecenderungan untuk mengambil kemungkinan risiko paling rendah saat kalah atau mengambil profit setinggi mungkin saat menang.

Ketakutan merupakan motivasi paling kuat daripada sikap serakah. Pada praktiknya, trader dengan loss bias akan cenderung kehilangan profit meski di posisi manapun. Hanya ada satu cara untuk memecahkan masalah ketakutan yang ditemui trader, yaitu berpegang pada rencana.

Saat memiliki keraguan, trader seharusnya merasa bebas untuk mencari segala kemungkinan yang tersedia. Peluang terbaik umumnya justru muncul saat menerapkan strategi trading sederhana, tentunya dengan mengelola ketakutan yang bisa terjadi kapan saja saat trading berlangsung.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :