Trader seringnya memfokuskan banyak energi mencari waktu yang tepat untuk masuk trading. Meski ini sangat penting, tapi pemilihan poin keluar adalah yang menjadi penentu seberapa besar profit akan didapat. Karenanya, trader juga harus memikirkan poin keluar saat membuat rencana.

Ada tiga kriteria yang bisa digunakan trader untuk membandingkan strategi berbeda, yaitu jarak poin keluar ke target, frekuensi peluang, dan durasi yang dibutuhkan. Saat membuat perbandingan, trader harus melihat berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk berada di belakang layar.

Begitu juga rasio risiko dan profit, dan seberapa sering frekuensi peluang muncul. Tiap strategi exit pasti menarik trader sesuai dengan atribut personal yang dipunyai. Mengkombinasikan gaya trading dengan strategi yang sesuai memungkinkan trader membawa keluar profit dalam jumlah signifikan.

Karakter dan Gaya Trading

Trader dengan karakter dan gaya berbeda bisa berpartisipasi dalam market, baik untuk trader yang lebih merasa nyaman dengan pendekatan trading jangka pendek seperti swing atau positional trading, atau untuk trader yang memakai pendekatan scalping, day trading, juga yang otomatis.

Memahami cara mengontrol emosi dan stress bisa memberi perbedaan besar pada tingkat kesuksesan dan kegagalan. Konsistensi dalam menerapkan gaya trading akan membantu trader mendapat profit konsisten. Sebaliknya, selalu berganti gaya trading merupakan kesalahan umum.

Penilaian tentang performa trading yang dipakai tak seharusnya dilakukan di awal karir, karena ini hanya permulaan dan tak semua trading berakhir sukses. Semisal strategi yang dipilih bereaksi bagus dipadu dengan manajemen risiko yang tepat, tetaplah berpegangan pada strategi ini.

Sayangnya, ketika berbicara mengenai strategi trading, apa yang ada di pikiran banyak trader hanya merujuk pada strategi masuk trading saja. Padahal yang menjadi penentu kalah menang trading ada pada saat trader keluar trading, itu sebabnya strategi exit juga penting diperhatikan.

Akan jadi percuma jika trading diawali dengan bagus tapi berakhir dengan kekalahan karena trader tak bisa memilih waktu keluar yang tepat. Membuat strategi exit tingkat kepentingannya sama dengan merencanakan strategi masuk trading, bahkan kadang lebih.

Strategi Exit Untuk Profit

#1. Stop/limit tradisional menggunakan support dan resistance

Satu cara terbaik menjaga emosi tetap dalam kondisi stabil yaitu dengan mengatur target atau limit dan stop di waktu bersamaan saat memulai trading. Langkah demikian dinilai sebagai pendekatan yang paling tepat daripada masuk trading hanya memakai order stop-loss saja.

Pendekatan dengan cara seperti ini cukup ampuh digunakan untuk menghindari kalah trading yang nantinya bisa mengikis ekuitas stabilitas akun. Satu riset yang menganalisa lebih dari 30 juta trading menyatakan bahwa memakai rasio risiko profit 1:1 termasuk salah satu kunci sukses trading.

Sebelum membuka posisi pada market, trader harus menganalisa jumlah risiko yang ingin dihadapi lalu mengatur order stop-loss pada level tersebut untuk mengimbanginya, di samping juga menempatkan target profit paling tidak dengan jarak beberapa pip dari poin masuk.

Semisal trader ternyata salah, trading secara otomatis akan tertutup pada level risiko yang bisa diterima. Jika trader benar dan harga menyentuh target poin, trading juga otomatis tertutup. Jadi, apapun hasilnya, trader akhirnya akan dikeluarkan juga dari market.

#1. Stop/limit tradisional menggunakan support dan resistance
Sumber: google.com

Trader yang ingin mengambil posisi long harus menunggu harga kembali memantul ke arah support yang sekaligus menjadi sinyal beli, meski harus lebih dulu dikonfirmasi dengan indikator. Karena harga sudah turun di bawah garis support, trader harus menempatkan stop tepat di bawah level support.

Order limit bisa ditempatkan setara dengan level resistance karena harga beberapa kali terlihat mendekati level ini. Jika ingin mengambil posisi short, trader bisa mengambil langkah sebaliknya dan stop bisa diletakkan dekat garis resistance dengan limit ditempatkan di garis support.

Trader bisa membangun kepercayaan diri dengan menyiapkan rencana trading yang salah satu di dalamnya berisi strategi exit sesuai kondisi market untuk menutup trading dengan membawa profit yang layak, termasuk memikirkan rasio risiko dan profit yang seimbang.

#2. Trailing stop moving average

Sudah lama diketahui bahwa moving average (MA) bisa menjadi salah satu alat paling efektif untuk melihat arah mata uang yang mengalami tren. Ide dasarnya yaitu bahwa trader harus mencari peluang untuk membeli saat harga berada di atas MA.

Sementara peluang menjual ada saat harga ada di bawah MA. Meski demikian, akan sangat berguna jika MA diberi peran sebagai trailing stop. Misalnya saja, saat MA melewati harga, maka tren akan berubah. Trader tren harus menutup posisi saat perubahan ini terjadi.

#2. Trailing stop moving average
Sumber: google.com

Itulah sebabnya, mengatur stop-loss berdasarkan MA akan ebih efektif. Chart di atas menggambarkan posisi masuk di atas garis resistance yang tersentuh, yang mana di atas SMA 100 hari. Stop ditempatkan dengan jarak 220 poin dari MA, dan limit ditempatkan berjarak 440 poin dengan memakai rasio risiko profit 1:2. Saat harga naik, MA dan stop akan berubah tempat mengikuti MA.

Selalu ingat bahwa trading forex bukan hanya tentang mencari entry point yang tepat, karena sukses tidaknya trading justru bergantung di mana trader menutup posisi dalam market. Strategi exit hanyalah satu dari banyak faktor yang ada dalam rencana trading, tapi punya peran paling krusial.

#3. Pendekatan berbasis volatilitas menggunakan ATR

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa indikator average true range (ATR), yang memang didesain khusus untuk mengukur volatilitas market. Dengan mengambil rata-rata pergerakan antara tinggi rendah 14 candle terakhir, trader bisa mendapat gambaran besar market.

Dengan demikian, trader akan lebih mengetahui bagaimana perilaku market, dan informasi ini bisa digunakan untuk mengatur stop dan limit untuk tiap trading. Makin tinggi ATR yang diberikan pada satu pasang mata uang, makin lebar stop yang harus digunakan.

Ini jelas masuk akal karena stop yang ketat pada mata uang dengan volatilitas tinggi bisa membuat order ini terpicu lebih cepat. Sebaliknya, mengatur stop terlalu lebar untuk mata uang yang kurang volatilitas, secara tak langsung berarti mengambil risiko lebih yang tak diperlukan.

Indikator ATR sangat universal karena bisa diadaptasi untuk berbagai jenis time frame. Sederhananya, cukup atur stop di atas ATR 100% dan atur limit paling tidak dengan jarak yang sama dari poin masuk. Dengan demikian, setidaknya ada perbandingan rasio risiko profit yang memadai.

#3. Pendekatan berbasis volatilitas menggunakan ATR
Sumber: google.com

Indikator ATR ditunjukkan dengan garis biru di bawah chart dan menampilkan rata-rata volatilitas tertinggi yang pernah dialami yaitu 135.8 pip. Itu sebabnya, saat trader menempatkan posisi short, order stop dan limit harus berjarak 135.8 pip jauhnya dari poin masuk sehingga ada rasio 1:1.

Menempatkan order stop di sekitar ATR bisa berperan sebagai volatility stop. Chart di atas sangat jelas bahwa dengan rasio risiko profit 1:1, trading akan tertutup secara cepat. Dari sini, trader harus paham pentingnya rasio dengan menargetkan lebih banyak pip daripada risiko.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :