Satu indikator pertama yang dikenalkan pada trader pemula saat baru terjun ke dunia analisa teknikal yaitu relative strength index (RSI). Alat teknikal ini sebenarnya digolongkan ke dalam jenis oscillator yang secara khusus difungsikan untuk menghitung kecepatan dan perubahan dari suatu pergerakan harga.
Alat teknikal lain yaitu stochastic yang mampu membantu trader menentukan apakah mata uang dalam kondisi oversold atau overbought. Dari semenjak pertama digunakan 50 tahun lalu, stochastic sudah melewati berbagai ujian, dan itu sebabnya banyak trader memakainya hingga sampai sekarang.
Karena stochastic termasuk indikator yang sudah berumur, ada banyak variasi yang berkembang saat ini, dan salah satu yang banyak digunakan yaitu slow stochastic. Oscillator bisa ditemukan di bagian bawah chart, dan terbentuk dari dua moving average (MA).
MA terdiri dari angka 0-100. Garis biru merupakan garis %K, dan garis merah merupakan garis %D. karena %D merupakan pergerakan rata-rata dari %K, maka garis merah akan selalu mengkuti garis biru. Trader pada umumnya sering mencari cara untuk menangkap tren baru yang berkembang.
Itu sebabnya, oscillator momentum seperti stochastic bisa menyediakan suatu petunjuk saat momentum market menurun, yang seringnya didahului perubahan tren. Dengan memanfaatkan oscillator stochastic, trader jadi lebih mudah melihat perubahan tren dari chart.
Mencari Sinyal Entry Dari Stochastic
Momentum akan merubah arah jika dua garis stochastic menyilang. Oleh karenanya, trader harus mengambil sinyal yang searah persilangan saat garis biru melewati garis merah. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, tren jangka pendek sudah terdeteksi dengan stochastic.
Meski demikian, trader tetap harus berusaha mencari cara untuk meningkatkan sinyal sehingga bisa lebih diperkuat, dalam kata lain sebagai konfirmasi. Paling tidak ada dua cara untuk menyaring sinyal sehingga sinyal yang didapat merupakan yang terbaik.
Cara pertama yaitu mencari persilangan di level ekstrim. Dengan berbagai pertimbangan, trader pasti tak akan mengambil semua sinyal trading yang muncul. Beberapa sinyal kadang lebih kuat dari yang lain. Filter pertama yang bisa diterapkan pada oscillator yaitu dengan mencari persilangan yang terjadi di level ekstrim.
Karena oscillator angkanya berkisar antara 0-100, kondisi overbought akan terjadi di atas angka 80. Di sisi lain, oversold terjadi jika angka ada di bawah 20. Karenanya, persilangan yang terjadi di atas 80 akan mengindikasikan potensi perubahan tren lebih rendah dari level overbought.
Sebaliknya, persilangan ke atas yang terjadi di bawah 20 memberi indikasi tren berubah lebih tinggi dari level oversold. Cara kedua yaitu dengan menyaring trading di time frame tinggi ke arah tren. Filter yang ditambahkan bisa berupa filter tren.
Semisal trader menemukan tren naik yang kuat, oscillator stochastic akan tetap di level overbought untuk periode yang lebih panjang dan memberi sinyal palsu. Trader sebisa mungkin jangan menjual saat tren naik kuat sedang berlangsung karena banyak pip tersedia yang searah dengan tren.
Tapi jika menemui tren kuat naik semacam ini, trader harus menunggu terjadinya koreksi sebelum membeli. Dalam hal ini, trader harus menunggu chart terkoreksi dan menampilkan kondisi oversold. Pada poin ini, jika stochastic melewati atas level oversold, maka tekanan menjual dan momentum akan menurun.
Situasi ini akan memberi sinyal beli yang akan sesuai dengan arah tren besar. Pada chart USD/JPY tersebut, harga sebenarnya masih dalam kondisi stabil di atas SMA periode 200 (MA tak terlihat karena berada di bawah harga terbaru).
Karenanya, jika trader mem-filter trading sesuai dengan tren pada chart harian, maka hanya sinyal panjang (panah hijau) yang harus diambil. Maka dari itu, trader harus memakai stochastic untuk mencari waktu masuk trading yang searah dengan tren terbesar.
Mengukur Kekuatan Tren Dengan RSI
RSI dikembangkan bernama J. Welles Wilder yang merupakan trader saham dan komoditas. Ide dasarnya berawal dari pernyataan ‘jika tren sangat kuat ke atas, bagaimana trader bisa mengetahui bahwa harga tak akan terlalu mahal jika mengambil posisi long?’.
Semisal dibuat kebalikan, ‘jika tren kuat ke bawah, bagaimana trader bisa tahu bahwa harga tak akan menjadi terlalu murah?’ Kebanyakan trader pasti pernah menghalami situasi semacam ini. Meski suatu aset naik berkali lipat, tapi kondisi ini belum tentu bagus untuk trader.
Selalu ingat bahwa setiap terjadi tren naik, pasti ada satu periode di mana aset akan turun dari titik tertingginya. Situasi ini bisa menghadirkan bisa tersendiri untuk trader, meski secara keseluruhan tren mengalami kenaikan signifikan higga level ekstrim.
Jadi, membeli saat tren naik pun bukan perkara sederhana, begitu juga jikan ingin menjual saat tren menurun. Lalu bagaimana cara yang tepat masuk ke dalam trading? Di titik inilah oscillator RSI sangat membantu. RSI mampu memberi ‘tahapan’ dari pergerakan harga dengan menghitung sejumlah candle dari periode tertentu.
Periode bisa disesuaikan sendiri oleh trader, sesuai dengan strategi trading. Saat harga berubah, RSI akan menampilkan perubahan dalam harga sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan atau kelemahan tren yang berkembang.
Nilai RSI yang tinggi diidentikkan dengan bullish, sedang RSI dengan nilai rendah mengindikasikan bearish. Oscillator akan menunjukkan angka antara 0-100. Di bawah merupakan diagram RSI dengan level terbawah yaitu 0, dan level teratas ditandai angka 100.
Pada contoh ini, periode default dalam RSI yaitu 14, yang mana banyak dipakai oleh trader. Meski demikian, ada sejumlah aspek yang harus ditimbang jika ingin menggunakan RSI. Trader pasti melihat ‘garis tengah’ pada angka 50, dan seringnya dimanfaatkan sebagai jalan tengah.
Jika RSI terbaca di angka 50 ke atas, trader bisa mengindikasikan bahwa tren dalam keadaan bullish. Semisal RSI di bawah 50, trader bisa menyimpulkan bahwa momentum sedang bearish. Tapi trader bisa memanfaatkan lebih jauh fungsi dari RSI.
Trader bisa mengambil pertimbangan lain dengan menggunakan RSI di atas 70, yang menyatakan bahwa mata uang tak hanya bullish tapi juga mengalami oversold. Atau sebaliknya, trader bisa berasumsi lain jika RSI di bawah 30, bahwa mata uang tak hanya bearish tapi juga dalam kondisi oversold.
Dua gambaran di atas setidaknya menjadi contoh bagaimana memanfaatkan RSI dan menggunakannya sebagai indikator. Tapi bagaimana cara RSI membantu trading? Sebenarnya, inilah salah satu fungsi RSI yang banyak dipakai trader.
Jika melihat chart tersebut, tampak tren besar sedang muncul. Melihat yang seperti demikian, trader pasti ingin membuka posisi buy dari chart tersebut. Karena trader sudah tahu apa yang dilakukan, selanjutnya cukup perhatikan RSI dan tunggu hingga sinyal muncul.
Untuk posisi long, tunggu RSI hingga menunjukkan kondisi oversold sehingga memberi indikasi pada trader bahwa ada tren melemah jangka pendek yang sudah terjadi, yang selanjutnya memberi peluang untuk membukan posisi long dalam trek naik.
Dalam kata lain, jika mengambil posisi long, tunggu RSI terbaca oversold. Seperti inilah penerapan secara umum dari RSI saat akan memulai trading. Tentu saja, RSI bisa disandingkan dengan indikator lain untuk membuat mekanisme trading tertentu yang sesuai tren market.