Kekalahan bisa terjadi kapan saja, dan akan lebih baik jika pengalaman buruk ini dicegah sedari awal. Apalagi untuk trader pemula, sangat penting memahami signifikansi stop out level dalam forex. Secara fungsi, stop out level bisa mencegah kekalahan lebih besar.
Stop out level dalam forex bisa diartikan sebagai poin spesifik di mana saat posisi trader aktif dalam market akan ditutup (dikeluarkan) secara otomatis oleh broker. Alasannya, karena ada penurunan margin level sehingga tak mendukung untuk mengambil posisi open.
Forex merupakan market yang menggunakan leverage. Artinya tiap modal yang dikeluarkan trader untuk tiap trading akan dilipat-gandakan broker sehingga jumlahnya melampaui modal awal yang sebenarnya. Dengan maksud supaya trader bisa mendapat profit lebih banyak saat trading.
Peran leverage
Mari ambil contoh dari uraian di atas. Saat Anda menaruh modal USD 500 dengan leverage sebesar 1:200 untuk tiap trading, broker akan menginjinkan Anda untuk trading hingga USD 100,000. Pergerakan mata uang sangat kecil, dihargai 0.001 untuk tiap satu pergerakan.
Untuk mendapat hasil trading yang layak, harus ada setumpuk uang yang diinvestasikan di tiap trading yang diambil. Untuk tujuan inilah leverage didesain. Tapi leverage bukan suatu sistem sempurna, bahkan kadang muncul efek buruk yang tak diinginkan trader.
Leverage tak hanya bisa meningkatkan profit, tapi juga bisa meningkatkan kerugian. Nilai kekalahan ini tak diambil dari uang leverage secara langsung, tapi dari modal trader. Jika kerugian mencapai titik tertentu yang membuat ekuitas trader hampir habis, broker otomatis akan menutup posisi trader untuk mengamankan uang leverage yang sudah diberikan.
Aksi seperti ini (yang dikenal dengan margin call) merupakan mimpi buruk untuk tiap trader. Di situasi yang sama, stop out level dalam forex juga merujuk pada kondisi ekuitas trader yang menurun hingga ke tingkat paling kritis sehingga bisa memicu margin call untuk segera dieksekusi.
Memakai stop out level
Jika ada beberapa posisi aktif dalam satu akun trader, broker umumnya akan memilih menutup trading yang paling sedikit memberi profit dan membiarkan trading dengan profit besar tetap jalan. Tapi jika posisi trading semua ada dalam posisi kalah, broker akan menutup semua posisi ini.
Beberapa broker punya aturan berbeda soal poin spesifik saat ingin mengeksekusi stop out. Jadi sangat penting untuk tiap trader mengetahui di poin mana broker akan menggunakan stop out level dan margin call. Masalahnya, banyak trader yang melupakan ini saat baru membuka akun trading.
Beberapa broker menggunakan batasan yang sama antara stop out level dan margin call. Dalam hal ini, stop out level berarti punya poin sama di mana margin call akan digunakan. Yang kadang membuat jengkel trader yaitu, bahwa eksekusi stop out level atau margin call akan berjalan otomatis tanpa ada pemberitahuan sama sekali.
Hasilnya, saat ekuitas jatuh ke stop out level, semua posisi yang diambil trader akan ditutup langsung. Situasi ini jelas berbahaya, apalagi untuk trader pemula yang kurang paham dengan manajemen akun trading. Untuk memperjelas, lihat skenario dengan stop out level 10% dan margin call 20%.
Artinya adalah, saat ekuitas mencapai 20%, trader akan dapat semacam peringatan untuk mengambil langkah pencegahan supaya tak mencapai stop out level. Sayangnya, beberapa broker tak memberi peringatan semacam ini. Jika trader tak melakukan apapun dan ekuitas jatuh ke stop out level, semua posisi trading yang terbuka akan ditutup paksa oleh broker.
Tapi dengan manajemen risiko yang tepat, trader bisa menghindari posisi stop out level, dan margin call bukan merupakan sesuatu yang berbahaya. Langkah terakhir yang biasanya diajukan broker yaitu dengan meminta deposit uang lagi untuk memenuhi batas minimal margin.
Contoh penerapan
Contoh lainnya seperti ini. Asumsikan Anda memilih broker dengan margin level 50% dan stop out level 20%. Anda punya saldo sekitar USD 10,000 di akun trading, lalu Anda membuka trading dengan margin USD 1,000. Jika kekalahan sudah mencapai USD 9,500, ekuitas akun trading Anda akan turun menjadi USD 500 (hasil hitungan dari USD 10,000 – USD 9,500 = USD 500).
Dengan begitu, margin level sudah mencapai 50%, jadi broker akan segera mengeksekusi margin call sebagai konsekuensi. Itu sebabnya, jika kekalahan mencapai USD 9,800, perhitungan ekuitas akun menjadi USD 10,000 – USD 9,800 = USD 200 (setara 20%) sehingga memicu stop out level. Imbasnya broker akan menutup semua posisi aktif dalam trading.
Contoh terakhir dengan euro. Broker forex mempunyai 200%/100% margin call dan stop out level dengan saldo akun EUR 1,500. Asumsikan Anda trading dengan margin EUR 200. Jika posisi kalah sudah mencapai EUR 1,100, makan ekuitas akun menjadi EUR 1,500 – EUR 1,100 = EUR 400 (setara 200%), imbasnya margin call akan dieksekusi.
Jika posisi kalah sudah mencapai EUR 1,300, maka hitungan ekuitas akun trading Anda menjadi EUR 1,500 – EUR 1,300 = EUR 200 (setara 100% dari stop out level). Saat situasi seperti ini terjadi, broker otomatis menutup semua aktivitas trading yang Anda lakukan.