Saat suatu perusahaan didirikan, yang memegang saham biasanya hanya terbatas pada pendiri dan investor saja. Semisal, satu startup didirikan dua individu dan satu investor, berarti ada saham sejumlah sepertiga yang akan dimiliki masing-masing.

Ketika perusahaan tumbuh lalu butuh suntikan dana untuk memperluas bisnis, jumlah saham bisa dibagi lagi dan dijual. Hasilnya, para pendiri awal bisa mengalami penurunan prosentase kepemilikan saham. Sampai tahap ini, perusahaan sekaligus sahamnya masih masuk kategori pribadi.

Di banyak kasus, saham pribadi lebih susah dijual-belikan, dan jumlah pemegang sahamnya pun hanya hitungan jari. Saat bisnis terus tumbuh, ada satu titik dimana pemegang saham ingin menjual bagiannya untuk mendapat profit dari investasi awal yang sudah dilakukan.

Di waktu yang sama pula, perusahaan butuh suntikan dana investasi lebih dari yang bisa ditawarkan pemegang saham awal. Sampai titik ini, perusahaan harus menimbang untuk melakukan initial public offering (IPO), yang merubah status perusahaan pribadi jadi perusahaan publik.

Dasar Saham

Saham merupakan bagian kepemilikan dari suatu perusahaan. Saham mewakili suatu klaim atas asset dan keuntungan perusahaan. Makin banyak saham yang diambil alih, makin besar pula hak milik atas perusahaan. Tapi pengertian seperti ini tak selalu tepat dalam beberapa kondisi.

Sebagai gambaran, pemegang saham tak memiliki perusahaan tapi punya kuasa mengatur laju bisnis. Tapi perusahaan merupakan organisasi yang spesial karena diperlakukan layaknya manusia. Dalam kata lain, perusahaan bisa dikenai pajak, memiliki properti, pinjam meminjam, bisa dituntut, dan lainnya.

Konsep kenapa perusahaan dianggap manusia yaitu karena perusahaan punya aset sendiri. Kantor yang berisi deretan kursi dan meja panjang merupakan milik perusahaan, bukan milik para pemegang saham. Pemisahan ini penting karena properti perusahaan secara sah terpisah dari properti pemengang saham.

Semisal suatu saat perusahaan bangkrut, hakim pasti akan memberi perintah ke perusahaan supaya menjual semua aset. Tapi di sisi lain hak yang dimiliki pemegang saham tak akan tersentuh. Pengadilan tak punya kuasa memberi perintah ke pemegang saham supaya menjual sahamnya.

Bahkan kalau harga saham anjlok sangat drastis, tak ada yang bisa menyuruh pemegang saham untuk melego sahamnya. Atau misalnya, saat pemegang saham mayoritas tiba-tiba bangkrut, aset perusahaan tetap tak bisa dijual meski nantinya dipakai untuk membayar kreditur.

Ibaratnya, makin untung suatu perusahaan, makin banyak investor baru yang mau menanam modal. Secara teori, lewat investasi besar yang ditanam, peluang profit yang didapat pasti besar. Meski kadang pada praktiknya teori ini tak selalu benar dengan realita yang ada di pasar.

Jenis-Jenis Saham

Terlepas dari jenis perusahaan yang dianut, ada dua jenis saham yang berlaku saat ini, saham umum dan saham prerefen. Meski dua jenis saham punya kesamaan di banyak hal, tapi ada perbedaan menyangkut hak kepemilikan dan potensi keuntungan yang bisa diterima.

#1. Saham umum

Saat bicara saham, yang dimaksud pasti jenis saham umum. Bahkan banyak saham yang beredar sekarang masuk jenis ini. Saham umum mewakili suatu klaim atas keuntungan dan hak voting. Investor umumnya dapat satu hak voting untuk tiap lembar saham yang dipunya.

Voting umum dilakukan saat memilih jajaran direksi dan keputusan menyangkut bisnis. Merujuk sejarah, saham umum terbukti lebih bisa diandalkan dari jenis lain. Meski begitu, selain memberi untung besar, saham umum juga membawa risiko yang signifikan.

#2. Saham preferen

Di sisi lain ada saham preferen, yang fungsi utamanya untuk mengikat investor. Tak seperti saham umum, pemegang saham preferen tak punya hak voting. Meski tak menutup kemungkinan ada perusahaan yang memberi hak voting ke pemilik saham preferen.

Lewat saham preferen, investor mendapat dividen tetap secara berkala. Ini beda dari saham umum yang punya variasi pembagian keuntungan sesuai persetujuan direksi, meski tak dijamin. Dan faktanya, banyak perusahaan tak membayar dividen ke pemegang saham.

Satu diantara keunggulan saham preferen yaitu saat likuidasi, pemegang saham preferen justru dapat bayaran lebih dulu daripada pemegang saham umum. Saham preferen secara umum memiliki risiko lebih kecil kalau dibanding jenis saham umum.

Klasifikasi pembagian saham

Saat berada di bursa saham, ada banyak tipe saham yang beredar dan siap untuk dibeli. Tiap perusahaan punya strategi unik untuk berkembang dan menyangkut pembagian keuntungan. Bentuk saham lalu diklasifikasi jadi beberapa kategori supaya mudah dikenali saat melantai di bursa saham.

#1. Income stock

Jenis saham ini paling ideal untuk investasi karena menawarkan keuntungan tinggi dan relatif aman. Income stock merupakan jenis saham yang secara reguler mampu membayar dividen lebih tinggi dari angka rata-rata yang beredar di bursa.

Income stock umumnya dibayar ke pemegang saham secara reguler tiap kuartal. Cuma perusahaan yang punya sejarah keuangan kuat yang punya jenis saham ini. Beberapa perusahaan yang masuk kategori ini yaitu perusahaan energi dan alat.

#2. Value stock

Kalau mau ikut langkah sukses value investor seperti Warren Buffet, pahami dulu apa bedanya saham saat murah dan di bawah nilai. Kunci dari value investor yaitu fokus ke nilai intrinsik suatu saham, yang nanti bisa memberi tahu seberapa berharga suatu perusahaan.

Saat nilai intrinsik perusahaan lebih besar dari harga saham, bisa jadi harga saham ada di bawah. Sebaliknya, saat nilai intrinsik ada di bawah harga saham, besar kemungkinan harga saham melonjak. Untuk menghitung nilai intrinsik, investor memakai model prakiraan alur khas.

#3. Growth stock

Perusahaan dengan saham jenis ini umumnya mengkombinasi strategi pendapatan tinggi dan pengembalian modal tinggi. Dengan begitu, growth stock merupakan saham yang konsisten mencatatkan pertumbuhan laba dan pendapatan untuk perusahaan.

Saham jenis ini punya kecerendungan meningkat cepat daripada saham sejenis di pasar modal. Sayang, perusahaan penganut growth stock umumnya tak membayar dividen karena direksi percaya keuntungan bisa diinvestasikan supaya dapat laba lebih besar lagi.

#4. Penny stock

Untuk investor yang menyukai risiko, jenis penny stock lebih menyediakan adrenalin daripada jenis saham lain. Jarang sekali ada model bisnis yang menerapkan ini karena risiko jatuh begitu besar. Karenanya, jenis saham ini tak banyak ditemui melantai di bursa saham.

Penny stock tak sama dengan judi, tapi tetap menarik karena potensi untung besar yang ditawarkan, jauh lebih baik kalau konsultasi dulu ke penasehat keuangan. Sangat disarankan membeli saham ini dengan prosentase yang kecil saja.

#5. Blue-chips stock

Untuk yang belum tahu, blue-chip stock merupakan favorit investor karena laba, keuntungan, dan dividen yang semuanya besar. Keunggulan lain saham ini yaitu lebih stabil dan mudah diprediksi. Karenanya, blue-chips stock lebih sering dijumpai di bursa saham.

Ciri utama blue-chips stock yaitu punya catatan keuangan bagus dan memberi dividen dalam jumlah besar. Blue-chips stock umum dimiliki perusahaan besar yang punya nilai kapital tinggi, atau lebih tinggi dari perusahaan sejenis yang ada di bursa.

 

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :