Highlight :

  • Penjualan pasar retail (Retail Sales) AS turun sebesar 0.2%; berbanding terbalik dengan ekspetasi pasar sebesar +0.2%;
  • CPI turun sebesar 0.3%;
  • Core CPI turun sebesar 0.1%;
  • Hal ini menyebabkan USD melemah, mengingat konsumen adalah penggerak utama ekonomi AS;
  • Serta menjadi indikasi bahwa The Fed tidak akan menaikkan nilai suku bunga nya dalam waktu dekat, karena inflasi masih bisa ditahan;
  • Penurunan ini, dapat dijustifikasi dengan pola pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung lambat dalam kuartal pertama tiap tahunnya;
  • Melemahnya USD akan berlangsung singkat, setidak-tidaknya sampai ada sentimen baru dari berita ekonomi lain.

Penjualan di level retail AS secara mengejutkan mengalami penurunan di bulan Maret, dan hal ini menunjukkan adanya penurunan daya beli konsumen setempat; yang notabene menjadi pendorong utama kegiatan ekonomi AS yang bukan merupakan negara produsen.

Nilai penjualan pasar retail turun sebesar 0.2% di bulan Maret 2017, berbanding terbalik dengan ekspetasi pasar yang mengharapkan peningkatan sebesar +0.2%, sebagaimana tertulis dalam laporan departemen ekonomi dalam laporan yang baru dirilis. Penurunan ini adalah tercatat sebagai penurunan pertama yang dialami pasar retail AS dari 7 bulan yang lalu.

6 dari 13 sektor pasar retail dilaporkan mengalami penurunan penjualan bulan lalu. Penjualan migas mengalami penurunan sebesar 1% dan turut mengiringinya penurunan di bidang penjualan kendaraan bermotor yang turun sebesar 1.2%. Penjualan bahan bangunan dan alat-alat berkebun turut turun sebesar 1.2%. Sementara di bidang jasa pangan, penurunan yang dialami tercatat sebesar 0.6%.

Namun, penjualan alat-alat elektronik mencatatkan peningkatan terbesar dari bulan Februari; Berdasarkan data resmi yang telah dirilis, penjualan meningkat sebesar 2.6%.

Dan apabila dibandingkan dengan jumlah penjualan di tahun sebelumnya, tahun ini penjualan di tingkat retail masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 5.5%.

Sementara itu, Core Retail sales, yang digunakan untuk mengukur produk domestik bruto bertahan di level yang sama bulan lalu setelah mengalami kenaikan di Februari sebesar 0.2%.

Sebuah laporan terpisah dari departemen tenaga kerja menunjukkan bahwa tekanan inflasi menurun di bulan Maret, namun tetap berada di atas target pemerintah dalam skala pertahun. CPI bergerak sebesar 2.4% di tahun ini, melanjutkan trend peningkatan di tahun lalu sebesar 2.7% yang mana merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun kebelakang.

Lebih lanjut turunnya penjualan retail, dapat menjadi indikator bahwa dalam waktu dekat the Fed tidak akan menurunkan nilai suku bunga nya karena tingkat inflasi berada di level yang aman. Sehingga, kita dapat menyaksikan trend pergerakan harga yang cenderung bearish untuk pair USD. Namun bukan hal yang tidak mungkin terjadi pergerakan bullish sesaat sebagai koreksi atas pergerakan harga.

Pertumbuhan ekonomi AS sendiri memiliki pola yang lambat berkembang di kuartal pertama setiap tahunnya, mengingat pertumbuhan GDP yang lambat dan kondisi ekonomi yang hampir 2/3 nya digerakkan oleh pembelian yang dilakukan oleh konsumen, bukan karena produksi dalam negerinya. Donald Trump sendiri, sejak diangkat menjadi presiden AS, memiliki kecenderungan susah menyesuaikan inflasi di dalam negeri, Sehingga dapat menjadi faktor wildcard dalam kondisi ekonomi AS.

 

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :