Trading forex sesungguhnya bukan perkara mudah. Terlepas dari kesulitan yang mungkin dialami, trader tetap saja bisa meraih profit besar dari tiap trading yang dijalani. Satu kunci sukses yang jadi alasan trader tetap bisa mendapat profit tinggi yaitu memakai indikator forex.

Keberadaan indikator forex mengindikasikan kalau forex bukan merupakan market yang bergerak secara bebas dan tak bisa diprediksi. Bahkan market forex punya tendensi untuk bergerak dengan cara tertentu di bawah kondisi tertentu. Perilaku semacam ini akan berulang, dan indikator bisa membacanya.

Artinya, dalam periode tertentu pola harga tertentu akan muncul lagi. Indikator forex akan mencoba menangkap gambaran besar seperti pola dalam market yang hasil akhirnya akan memunculkan sinyal trading. Beruntungnya, platform trading saat ini sudah dilengkapi sejumlah indikator berbeda.

#1. Fibonacci Retracement

Indikator Fibonacci Retrament bekerja berdasarkan kejadian bahwa setelah pergerakan harga besar, market akan berpeluang tertarik kembali ke titik proporsi tertentu. Proporsi datang dari deretan angka Fibonacci, yang merupakan sekumpulan nomor antik yang dikenalkan matematikawan asal italia.

Urutan angka dimulai dari 0 dan 1, dan angka selanjutnya merupakan hasil penjumlahan dua nomor sebelumnya. Sebagai contoh, urutan angka Fibonacci yaitu 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, dan seterusnya. Rasio Fibonacci datang dari urutan nomor tersebut, dan rasio paling penting yaitu 0.618

Angka ini dihitung dengan melihat rasio dari satu angka ke angka berikutnya dalam deretan yang ada. Nilai ini cenderung bergerak 0.618 untuk seri angka selanjutnya. Di antara contohnya yaitu 89/144 = 0.6181 dan 144/233 = 0.6180. Rasio kunci yang lain yaitu 0.382.

Rasio ini dihasilkan dari satu angka ke dua angka berikutnya dalam urutan. Rasio cenderung bergerak ke 0.382 semakin maju ke angka berikutnya. Di antara contohnya yaitu 55/144 = 0.3819 dan 89/233 = 0.3820. Rasio lain yaitu 0.236 yang didapat dari satu angka ke tiga angka setelahnya dalam urutan.

#2. Bollinger Band

Dalam satu daftar indikator forex yang digunakan untuk membuat rencana trading setidaknya harus menyertakan satu indikator untuk mengukur volatilitas market, yang selanjutnya mampu menunjukkan tren. Ide utamanya yaitu, bahwa di belakang pergerakan harga, suatu tren pasti akan terbentuk.

Bollinger Band termasuk indikator volatilitas yang ditemukan john Bollinger lebih dari 30 tahun lalu. Meski demikian masih menjadi indikator terbaik untuk trading volatilitas dalam market. Bollinger band memakai dua parameter, jumlah hari untuk MA dan jumlah standar deviasi yang ingin digunakan.

Nilai paling umum dipakai dalam standar deviasi yaitu 2 atau 2.5. Dalam statistik, standar deviasi merupakan ukuran seberapa jauh spread yang digunakan. Dalam market finansial, standar deviasi mempunyai peran untuk menyorot volatilitas market.

Bollinger Band akan menyesuaikan volatilitas market. Akan melebar saat volatilitas meningkat, dan menyempit saat volatilitas rendah. Sistem tren jangka panjang dengan Bollinger Band memakai dua standar deviasi dan MA 30 hari.

Trader bisa mengambil posisi long jika penutupan harga hari sebelumnya berada di atas band atau channel, dan ambil posisi short jika penutupan harga hari sebelumnya lebih rendah dari band terbawah. Exit point yaitu saat harga penutupan di hari sebelumnya melewati kembali ke moving average.

#3. Moving Average Convergence Divergence

Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan indikator yang didesain untuk membaca momentum. Tak hanya mampu membaca arah tren, tapi juga bisa mengukur kekuatan kekuatan tren yang berlangsung. Dalam hal ini, MACD bahkan bisa dianggap sebagai indikator terbaik.

Menghitung perbedaan antara percepatan EMA dan perlambatan EMA merupakan konsep utama di balik indikator ini. Indikator lalu akan menampilkan dua garis dalam chart. Garis MACD sebenarnya merupakan pengurangan EMA 26 hari dengan EMA 12 hari, lalu EMA 9 hari akan diplot sebagai garis sinyal.

Saat garis MACD melewati di bawah garis sinyal, ini menandakan sinyal untuk menjual. Saat melewati di atas garis sinyal, inin menandakan sinyal beli. Trader bisa mengatur tiga parameter (26, 12, dan 9) sesuai kemauan. Seperti halnya indikator lain, eksperimen akan membantu trader mencari kombinasi parameter yang sesuai.

#4. Exponential Moving Average

Indikator Exponential Moving Average (EMA) akan berfokus pada kondisi harga terbaru. Itu berarti indikator EMA akan merespon lebih baik terhadap perubahan harga market. Nilai default untuk EMA jangka yaitu periode 50 hari dan 200 hari, sedang EMA jangka pendek bisa 12 hari dan 26 hari.

Sistem sederhana menggunakan dua moving average (MA) yaitu trading saat keduanya bersilangan. Trader bisa memberi oder buy MA jangka pendek melewati atas MA terendah, lalu sell saat MA jangka pendek melewati di bawah MA terendah.

Dengan sistem semacam ini, trader akan selalu mendapat posisi, entah untuk long atau short saat trading. Trader kemudian bisa keluar trading saat MA jangka pendek melewati MA jangka panjang. Langkah berikutnya yaitu membuka posisi trading di arah berlawanan dari posisi keluar.

Dengan melakukan ini, trader secara efektif bisa menyeimbangkan trading jika berbalik arah. Semisal ingin trading cepat, kombinasi ini dua indikator ini masih bukan merupakan yang terbaik. Dengan begitu, menambah periode jangka waktu ketiga sangat mungkin disarankan.

Strategi triple MA membutuhkan MA jangka waktu ketiga dengan time frame jangka panjang yang berperan sebagai filter untuk tren. Saat MA jangka pendek melewati area tengah, jangan lakukan trading. Filter akan mengatakan trade boleh membuka posisi saat dua MA jangka pendek berada di atas MA jangka panjang, dan short saat keduanya ada di bawah MA jangka panjang.

#5. Simple Moving Average

Indikator Simple Moving Average (SMA) akan menunjukkan rata-rata harga untuk periode waktu yang spesifik. Rata-rata harga yang dimaksud di sini didasarkan pada perhitungan secara matematis. Satu contoh, SMA 20 hari merupakan rata-rata harga penutupan dalam periode 20 hari.

Tujuan menggunakan SMA yaitu untuk ‘memperhalus’ pergerakan harga untuk bisa mengidentifikasi tren dengan lebih baik. Penting diingat kalau indikator SMA akan menggunakan data harga masa lalu untuk menyediakan sinyal setelah tren mulai terbentuk.

Semakin panjang periode SMA yang digunakan, akan lebih bagus sinyal yang dihasilkan, meski reaksi pada perubahan market akan jadi lebih lambat. Ini sekaligus jadi alasan kenapa SMA bukan merupakan indikator terbaik yang bisa memberi peringatan dari pergerakan market.

Tapi aspek terbaik yaitu bahwa SMA merupakan satu di antara indikator terbaik untuk melihat dan mengkonfirmasi tren market. Indikator SMA akan menghitung lebih dari satu set data, baik untuk periode jangka pendek atau jangka panjang.

Nilai default untuk SMA jangka pendek yaitu perode 10, 15, dan 20 hari. Sedang untuk SMA jangka panjang periodenya bisa mencapai 50, 100, atau 200 hari. Indikator akan menunjukkan tren baru saat SMA jangka panjang melewati SMA jangka pendek.

Jika rata-rata harga jangka panjang bergerak ke atas jangka pendek, situasi ini menandakan permulaan tren naik. Jika rata-rata harga jangka panjang bergerak turun melewati jangka pendek, ini menunjukkan tren menurun. Trader bisa bereksperimen dengan panjang periode untuk mencari yang terbaik.

Posting untuk Konsultasi dan Tanya Jawab :